Puisi-Puisi Wahyu Subuh

RITUS HUJAN

Ada senyummu di langit kotaku
aku lihat wajahmu dalam gayung biasa kuminum
juga ombak di matamu melautkan kota-kota yang beku

Ritus hujan, menitipkan rindu pada kemarau
aku sulut bibirmu sampai terbit bara

Sehabis senja, ada tuhan di telingaku tapi terkadang
aku tak mau tahu
sampai aku pun bermimpi memperkosamu

Dan ada yang tertinggal saat terang kembali menampar
bukan tidur tak nyenyak atau petangnya tak memeluk
namun rembulanku kini di mana?

Sumenep, 27 Juni 2020

NOVEMBER HUJAN

Satu, dua bulan sebelumnya
muntah bunga, sesak dedak kopi
lalu basah di antara rintik musim
dan irama luka, kecewa, memenjara dada

Sedang lorong-lorong
kita pun dikepung mendung
sampai sungai meliuk-liuk jadi api
sarkas melumas di mana-mana

Dan november hujan
bandang banjir hingga teriakan-
teriakan cemas meremas hingga pinta
memelas

Entah, keberangkatan atau kepulangan
sang pahlawan yang ditanam hujan
telah tenggelam antara rindu dan cinta

Sumenep, 12 November 2020

SEHABIS HUJAN

Kita pun saling lempar api
sehabis hujan sore tadi

sedang gelap begitu cepat
membungkus tubuhmu, tubuhku

dan yang tertinggal tetaplah rindu
yang menjelma pecahan gelas kaca

Sumenep, 18 Oktober 2020

SEJENAK AKU PULANGKAN RASAKU

/I/
Sejenak aku pulangkan rasaku
meski ngilu mengintai setiap langkah
namun senyum terus merekah

/II/
Sejenak aku pulangkan rasaku
pada petang dan jalanan
pada rindu yang tak kunjung usai

/III/
Sejenak, aku pulangkan rasaku
bersama lampu-lampu yang melintas
juga poster-poster yang mabuk

/IV/
Sejenak aku pulangkan rasaku
kau tafsir mimpi pada sepanjang trotoar
dan hujan pun tiba

Sumenep, 14 Mei 2020

Wahyu Subuh, lahir di Sumenep 14 Oktober 2000. Alumnus LPI. Raudlatul Ulum Billapora Rebba, Lenteng. Kini sedang melanjutkan pendidikannya di kampus STKIP PGRI Sumenep, program study Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Aktif berproses di UKM Sanggar Lentera.

Leave a Reply

Bahasa ยป