Samudra Puisi Amien Wangsitalaja (5)

Sufi dan Kepala Negara 1

seorang sufi
menulis surat kepada kepala negara

wahai kepala negara
aku ingin meringankan bebanmu
memimpin rakyat

caranya: bunuhlah aku
atas nama rakyat

Sufi dan Kepala Negara 2

jika pemimpin negeri
menyuruhmu memikirkan negeri
jawablah: akan kami penuhi

memikirkan negeri
memanglah tugas para sufi
sejak para pejabat dalam birokrasi
tengah sibuk dengan diri sendiri

kemudian
tanpa disuruh pun
telah jatuh kewajiban kepada sufi
memikirkan pemimpin negeri
yang tak mampu
memikirkan negeri

Al Hallaj

1
aku berkabar pada tuan
bahwa cinta memabukkan

sehingga aku terpesona
pada penindasan
kemanusiaan

2
jangan mencari tahu
sebab kemurtadanku
(aku murtad
setelah imanku dibunuh)

jangan mencari tahu
siapa pembunuhku
(aku tetap hidup
bersama fatwa
dan kata-kata)

jangan mencari tahu
rahasia kata-kata
(aku memberi minum
orang yang haus
aku memberi makan
orang yang lapar)

3
saksikan
aku melepas jubah sufi
kugantung bersama syahwat
kemiskinan orang yang tertekan
kesengsaraan orang yang terlibas

aku
tidak berpihak pada sultan
dan tuhan

Alda
(Belajar Tasawuf 1)

aku tak biasa
nerjemahkan khidmat yang dewasa
sehingga rona ilmiah perempuanmu
meradang di pusat riadlahku

aduh, engkaukah tasawuf itu?

bila kau tiada di sisiku
akulah kanak-kanak paling lucu

Yanti
(Belajar Tasawuf 2)

mencintaimu
menghabiskan seluruh keringatku

rinduku pun heran
nggelandang di sekujur badan fatwamu
pada ketika
sampai aku di ladang syar’i
bulu matamu menari rumi

tasawufkah engkau?
segalanya teramat berarti

Sarah
(Belajar Tasawuf 3)

peluk aku
sebelum kuhamburkan bisi
tentang rahsia bayi manusia
dan bunyi shalawat

cium aku
karena aku petani
bertanam khalwat
menuai fiksi birahi

bawa aku
memanjangi alur kaki bidari
dan tatap yang beringas
dan sungging yang antusias
menduga-duga tasawuf itu

Cici
(Belajar Tasawuf 4)

datanglah sayangku
tubuhku lepuh
oleh peluh ruhanimu
hadirlah kasihku

betapa indahnya
salam dari masyuq
mendamprat asyiq
“kalam ini merindumu”

amboi
seperti tahi lalat
terperincikah tasawuf?

Kemaluan

adik
bibirmu
menebal doa

kukenang
iman yang jantan
memanjakan kita
matangkan liar senggama

(kuteguk semangkuk tasawuf
tak sebagai asa yang memalukan)

adik
gigimu
merusak tata-tertib cinta

kukenang
iman yang mulia
tidak akan mengutuk
simpang-siurnya fatwa

(kuteguk secangkir rindu
dengan agak malu-malu).

***

Leave a Reply

Bahasa »