Kustiah Tanjung*
http://www.jawapos.co.id/
PEMENTASAN naskah drama liris-simbolis The Intruder karya Maurice Maeterlink, peraih Hadiah Nobel Sastra 1911, sungguh hening. Gelap, sunyi, dan muram disuguhkan silih berganti. Dari awal sampai akhir pementasan di ruang pertunjukan Bentara Budaya Jakarta, 2-3 Juni lalu, itu tidak terdengar tawa seorang penonton pun. Seolah penonton ikut masuk menjadi bagian dari ”pemain” yang mementaskan karya yang terkenal berat tersebut. Continue reading “Mementaskan Kemuraman Maeterlink”