Apologia, Absurditas dan Puisi

Mashuri

Abad ini tidak hanya berada di akhir gagasan tentang puisi. Dunia imaji sudah terbelah dan jumbuh dengan realitas yang terfiksikan; dan ide-ide tentang bahasa semakin rapuh dan jauh dari proyeksi kreatif. Dalam kondisi hiperrealitas dan dunia dengan citra yang direkayasa, diperlukan upaya kreatif yang subversif untuk mengoyak kebuntuan itu. Salah satunya adalah dengan menembus batas, dan meradikalkan konsep tradisi dan pembaruan dalam titik yang paling ekstrim. Continue reading “Apologia, Absurditas dan Puisi”

Proses Kreatif, Dari Sebuah Titik ke Titik yang Lain

Mashuri

Selama saya berproses, saya merasa antara karya saya yang satu dengan karya lainnya itu ditempa dan dilalui dengan proses yang berbeda. Antara prosa dan puisi, juga dirangkai dan ditemukan dalam proses yang berbeda pula. Tentu bukan hanya bertaruh perihal bentuk semata, tapi juga nalar estetik, kegelisahan, juga gagasan yang melingkupinya. Continue reading “Proses Kreatif, Dari Sebuah Titik ke Titik yang Lain”

Sastra Tanpa Ideologi Menelanjangi Perselingkuhan Sastra dan Budaya

Mashuri

Pernyataan “Sastra Tanpa Ideologi; Menelanjangi Perselingkuhan Sastra dan Budaya” menyimpan dua hal yang perlu diungkai. Pertama, ‘Sastra Tanpa Ideologi’, yang menyaran pada satu justifikasi bahwa ada sastra berideologi, yang tentu saja bersifat ideologis, sehingga ‘perlu dirumuskan’ sastra tanpa ideologi. Dalam satu sisi, ideologi sebagai sebuah disiplin memang telah merambah berbagai segi kehidupan dan sudah jauh berkembang, juga menyusut, dari penggagas awalnya Destutt de Tracy. Di sisi lain, sastra tanpa ideologi memberikan begitu banyak kemungkinan ancangan gagasan yang bisa menempatkan sastra sebagai sebuah produk kemanusiaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai humanitas.
Continue reading “Sastra Tanpa Ideologi Menelanjangi Perselingkuhan Sastra dan Budaya”

Bahasa »