Inisiator

N. Syamsuddin CH. Haesy
jurnalnasional.com

HARGA kehormatan manusia, dapat dilihat dari inisiatif yang lahir dari proses kecerdasan dan tanggung jawab personalnya di tengah lingkungan sosial, tempat di mana dia berada. Karenanya, orang-orang yang mempunyai sikap kerja profesional, tak pernah berhenti menciptakan inisiatif-inisiatif baru yang cerdas, segar, dan merupakan kontribusi berharga bagi kemajuan.

Keberadaan para inisiator menjadi sedemikian penting dan strategis dalam suatu organisasi, instansi, dan institusi. Karena merekalah yang dapat menjamin sustainabilitas organisasi. Tak peduli apa pun organisasinya. Mulai dari organisasi sosial, ekonomi, maupun politik. Bahkan, mereka juga yang boleh disebut sebagai pilar-pilar penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan budaya kerja di dalam organisasi. Kemudian memberi makna atas sistem yang dianut oleh lingkungan sosial tersebut.

Para inisiator adalah manusia yang mempunyai kesadaran personal dan sosial untuk bertanggung jawab. Inisiatifnya lahir dari intensionalitas yang terarah. Menggerakkan kemampuan berpikir obyektif di atas subyektivitasnya, dan karenanya, mereka adakah orang-orang yang selalu terbuka terhadap perubahan. Dan selalu siap sedia menghadapi tantangan. Merekalah yang akan menjadi barisan manusia kreatif, yang secara alamiah dan formatif membentuk ‘barisan kemuliaan’ bagi suatu organisasi atau lingkungan sosial.

Ciri mereka yang kaya dengan inisiatif adalah tidak pernah takut dengan kompetisi. Terbuka terhadap kemungkinan hadir dan datangnya individu-individu yang lebih hebat dan lebih berkualitas dari dirinya. Karena mereka tidak hidup di wilayah ‘ruang was-was’ yang memungkinkannya harus memelihara kecurigaan.

Semakin banyak datang orang-orang yang lebih cerdas, lebih berpengalaman, dan lebih kreatif darinya, makin bergairah hidupnya. Karenanya, mereka tak pernah takut kehilangan apa pun. Termasuk posisi dan jabatannya. Karena, orang-orang yang berinisiatif atau insiator selalu mempunyai ruang di lingkup dimensi waktu kehidupannya.

Para inisiator jauh dari intrik. Karena intrik, bagi mereka, merupakan perbuatan paling hina, yang hanya akan merendahkan dirinya pada konstelasi kemanusiaan yang paling dina. Mereka juga tidak akan pernah mengurusi urusan orang lain, kecuali yang berada di bawah tanggung jawabnya. Mereka, dalam banyak hal, tak akan pernah terpengaruh oleh tekanan atau segala hal yang kapan saja bisa datang menghampiri.

Mereka yang kaya dengan inisiatif, cenderung melandasi kerjanya dengan keikhlasan dan profesionalitas. Karena, bagi mereka, memberikan kontribusi jauh lebih berharga dan mulia, ketimbang menerima dan atau menuntut pemberian. Mereka tak bergantung pada fasilitas, karena bagi mereka, fasilitas hanyalah tools belaka. Bagi mereka, inisiatif adalah modal dasar, yang bisa mengubah ketiadaan dan keterbatasan modal (finance, misalnya) menjadi modal riil. Meski, tentu saja, untuk suatu organisasi yang didorong mencapai profit dan benefit, serta mandiri, mereka memerlukan modal kerja. Hanya sebatas modal kerja.

Para insiator ‘tak ada matinya’. Ia akan selalu eksis, dan selalu diperlukan. Karena, bagi mereka tak pernah ada jalan buntu. Hanya mereka yang pandir dan tidak berinisiatif yang selalu melihat kuldesak. Jalan buntu. Dan karenanya, mereka yang berinisiatif selalu mempunyai cara dan optimisme untuk mencari dan menemukan jalan keluar.

Bagi mereka, keberhasilan dan kegagalan, bukanlah dua sudut paradoksal. Karena, keberhasilan dan kegagalan terintegrasi dan lebur jadi satu kesatuan. Maka, berbahagialah Anda yang selalu punya inisiatif, dan menjadi inisiator. Tuhan bersama mereka yang mempunyai inisiatif.

***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *