SEPANJANG SUNGAI PEDRA
-untuk Paulo Celho
berjalan sepanjang sungai pedra
kutemukan bayangbayangku di air
menanggalkan ingatan segala muasal
melepas dosa asal
aku melihat air melompatlompat
mirip air kelaminku
mengingatkan awal kejadianmu
air melompat ke jembatan yang langsing
dalam khayalku malam itu
sepanjang sungai pedra
ditumbuhi anak kecil
anak kecil yang belajar melukis
lumut dan air terjun
seperti tubuh berbaring
diantara dua bongkah batu tak berkutang
kamu merabaraba yang ranggas
seusai hujan
sepanjang sungai pedra
aku berjalan
Yogyakarta/Tang Lebun, Februari 2007
PELABUHAN KECIL (1)
dari pelabuhan kecil ini aku berangkat
entah esok singgah di mana
terdampar di atas sampan layar
atau kutemukan tubuh jangkar
kematian berkibar
bagai bendera kampung halaman
tiang panjang yang ditikam angin
kian hari amis pindang
ternyata masih dapat kamu mengerti
larik puisiku di pelabuhan kecil ini
nyawa kata di lambung ikan
tak semuanya kutuangkan
akhirnya
kutemukan kampungku
di kampung orang
Yogyakarta/Tang Lebun-Rumah Lebah, Februari 2007
PELABUHAN KECIL (2)
aku rindu
tembangtembang Ibuku
belai rambut
sampai hilang nyawaku
Yogyakarta/Tang Lebun-Rumah Lebah, Februari 2007.
KABAR LAUT (1)
matahari tenggelam dalam air garam
sinar asin menghitam pekatkan kulitmu
mirip neraka yang kucipta di hari sabtu
selusin warna yang tak bisa kucatat di sini
akan membuatmu tergigil;
lalu kamu menganggapku laut
dengan ribuan gelombang
yang berbeda
tak ada surga di lautmu
hanya tubuh lumut bau bacin di atas batu
batu yang mewakili rinduku pada awan dan hujan;
kamu berteriakteriak di tengah samudera
memanggilku
memanggilku berkalikali dengan umpatan
aku purapura membangun candi dari pasir
badai mengayunkan tubuhnya
mirip dewidewi yang menawarkan perselingkuhan
abadabad laut jadi debur cinta di luar suka cita
mata air mata ditumpahkan camar ketika
mencelupkan sayapnya di puncak ombak menggelora
kamu segera mengirim kabar lewat angin
memang laut yang agung itu
telah menyusun sekian penghianatan
merombak manikam mutiara di dasar
pelautpelaut segera menutup mata
untuk tiba di jangkar
Yogyakarta/Tang Lebun, 2006
KABAR LAUT (2)
: bahkan gendang telingamu pecah dalam laut
mendarahkan gelombang sepanjang kenangan
Yogyakarta/Tang Lebun, 2006
BIAR KULUNASKAN DENDAM
hurufhuruf namamu
berduri
amat ngilu kuucapkan
aku bergeming
selaksa embun
selaksa bening
pada ilalang
yang disabit bulan
kulunaskan dendam
tanah kelahiran
demi getah darah
sumpah serapah
biarlah bunda
mengutuk jadi abu
jadi arang dan sembilu
kadung kulupa
setapak depan rumah,
warna pintu
dan
ruang tamu
aku berdiri disini
bendera di tangan
mata
terang bulan
angin
kugenggam.
Yogyakarta/Tang Lebun, Januari 2007.