…Malam Terkesiap Buat Fana
sudah cukup kiranya
kau mendekam di selembar angin
burung malam terkesiap buat fana
cobalah kau untai kembali igaumu
tentang malam yang mangambang
di perempatan jalan
ia berpendar di kurung lingkar cahaya
lampu jalan.
5 Juni 2008
Kelopak Kembang Pilar Teras Rumah
merekah di antara
daun-daun berdebu
ia menangkap bulir-bulir cahaya
dari secarik kabar
tentang rahasia untuk nama-nama
yang telah diagungkan
“kau dengar siulan itu?” katanya.
Angin lembut kemudian menjentik-njentik sukma
adakah kau telah menikmati
mimpi yang telah kau curi darinya?
:mimpinya tentang jalan berayun
buat kereta pada taburnya
mimpinya tentang helai-helai warna
yang terbang saat hening
ia merambat sampai setapak jalan berbatu.
13 Juni 2008
Bertandang Kepada Angin
senja,
bertandang kepada angin
riak menepi dan singgah sebentar
melukis debur ombak
di atas hamparan pasir kelabu
jejak-jejak mengabur dalam surut
bagaikan langkah yang terhempas
menuai rintik rintih langit pualam
kepadanya,
lalu kau titipkan kabar buat laut
bahwa antara tanganmu dan derai ombak
pernah saling berebut
membelai rumah pasir itu
rumah pasir yang usai kau bangun
di bawah kerdip simpuhan mimpi
begitu petang
sunyi menangkup hari
akar-akar bakau berjuntai
menjemput azan
“hei!
ada yang berjingkat dari balik cangkang
tak bertuan,” bisikmu.
:sesosok hampa
dalam debar sunyi
menyusuri jejak memanjang
di sepanjang pantai.
Jenu-Tuban, Agustus 2008
CATATAN HARI INI
siapa yang fasih melafalkan gerimis
ketika sorban berkelebat di lidah malam?
kepakan sayap burung gagak
menyimpan kepedihan malam
sepanjang zaman
jejak bayangan bermukim
pada serpihan-serpihan
luka langit gelap
bisu di tanah sejengkal
sempat kau titipkan senyum pada diam
: ia terbenam dalam pilu sejarah
Lamongan, 2008
Gerimis Mengendap?
: hl
gerimis mengendap
bersama sisa tawa di secangkir kopi
dan kita tak kan pernah meninggalkannya begitu saja
hampir tengah malam
cahaya bulan
melukis jalan yang kau susuri menuju pulang
sungai dan pematang meremang
berkisah tentang selintas jalan
: angin malam menitipkan sesapuan jalan abadi
buat aku dan kau
November 2008
Bambang Kempling, penyair kelahiran Lamongan, Jawa Timur 1967. Alumnus UMM jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Puisi-puisinya masuk antologi Tunggal Kata Sebuah Sajak (Kostela 2002), Antologi Rebana Kesunyian (KOSTELA 2002), Imajinasi Nama, Permohonan Hijau (FSS 2003), Cakrawala Puisi Indonesia, Duka Aceh Duka Bersama (DKJT 2005), Tadarus Sang Begawan (Pustaka Ilalang 2019), serta di media Indupati dan tabloid Telunjuk. Salah satu antologi Tunggalnya bertitel “Persinggahan Bayang-bayang” Penerbit Pustaka Ilalang, 2014.