http://www.pikiran-rakyat.com/
Rumah Puisi
Di kemarau yang kepanjangan
Ada kisah sungai ditinggalkan ikan-ikan
Menuju ke muara yang lebih dalam
Harapan yang dangkal
Tak pernah menggairahkan ikan-ikan itu
Apalagi di sana ia lebih
Mudah menjadi mangsaan
Acap kali kecemasan selalu membungkus
Mereka, ikan-ikan itu menanggalkan sisiknya
Sebagai mata kehidupan yang berlepasan
Oh, sungai siapa lagi
Yang akan bersetia
Di kucuran cintamu
Yang berbuih
Nan menggulung kepedihan setiap
Memandangnya
Apa engkau, sungai
Merindukan ikan-ikan
Seperti rumahku yang
Merindukan kehadiranku untuk
Menulis puisi
Barangkali, aku
Suatu saat nanti
Menjelma ikan dan menari-nari
Di riakmu yang menggoda
Syairku meluncur bebas menuju
Ke jauh tanpa arah.
2008, Cianjur
Di sepasang alismu
Di sepasang alismu,
Memang seperti belantara
Yang harus aku taklukkan
Dan aku akan menyimpan jejaknya
Sebagai cenderamata sepulangnya
Dari pernikahan kita dengan kesepian
Namun, untuk mengelusnya
Butuh keputusan ikut cemplung
Dalam kemurungan
Di sepasang alismu
Memang seperti liukan
Pepohonan kala diterka angin
Dan hujan. Aku berharap bisa berteduhnya
Dan menghirup sedikit saja baunya
Sebagai tanda pernah aku singgahi
Namun, untuk mengelusnya
Lagi-lagi
Butuh keyakinan dalam menengadahkan
Tangan meminta sehelai rambutnya
Mengikat akad, dalam mahar meminang
Kecintaanku padamu.
2008
Di pelisir lehermu
Di pelisir lehermu, ada
Nasibku yang merenda
Bagai pakaian yang ditinggal trend
Dan waktu
Kabut menghalangi
Tatapan mesraku
Ketika menyusuri bagai
Pesawahan yang hijau menghampar
Ada lelikuan di jalanan kecil
Yang membawa kita pada mata air, tempat
Harapan lahir dan tumbuh-kembang
Di pelisir lehermu
Aku jajaki cakarmu
Dan aku siap harus hangus
Dilahap doa-doamu
yang panas, mengerus ulu hatiku.
2008