http://www.pikiran-rakyat.com/
Episode Fetus
kata mereka, angkaangka bising dari mulutmu.
kau tumbuh dari rahim ibu yang belum sempurna.
tanganmu menjelma tunastunas bintikbintik alis
dan wajah emas. ruang hitam adalah rumah yang nyaman
penuh kerinduan dan kenangan.
namun aku belum sempat memberimu nama di kulitkulit ari
di gumpalgumpal darah
di tali pusar akar menikam tanah.
bulan pertama engkau bernama kosong bernama tiada bukan suara
terembus dari mulut bukan manusia.
karena engkau tahu aku tak pernah mendengar seseorang mengetuk pintu,
memencet bel, atau mengirimiku surat ketika aku duduk lunglai di ruang tamu
adakah engkau tiba-tiba ada? tak terduga
dari dugaku dari waktuku
kau mengalir memendar mencari menembus menembus!
diakah yang datang di kala aku dideru nafsu di malam lalu? Ah!
kita tak pernah tahu bahwa kau lahir dari tiada dari nafas dari ruh
yang tak kupunya. dari darah dari tulang dari daging dari urat dari
pembuluh darah bahkan dari DNA yang tak pernah dipesan sebelumnya
bilikbilik tak serupa di kotakota di gedung bertingkat di hotel di vila
membayangkanmu meliukliuk di antara batubatu, loronglorong,
mobilmobil, dan tiangtiang penahan jalan layang
kata mereka, kau menyebut mengulang menghitung angkaangka
waktu pada jamjam dinding, stopwatch, weker lalu meluncur
dari hari per hari minggu per minggu bulan per bulan
kau terlelap di rahimku
mengada dari doa dari tubuh yang bersekutu
dengan janji dengan tinta dari semesta dari rahasia bertahun-tahun
bermasamasa sebelum manusia pernah ada
membasahi tanah batubatu sampai ke akarku
aku selalu bertanya tentang riwayatmu
dan kau hanya berkata:
aku terlahir dari do(s)a!
bumi singgah,2006
Kelindan
empat, kepulangan
ini tentang kabil yang telah sentak
hasrat memendam kasturi si jabang bayi
perjalanan panjang cinta kekasih
membawa gegau kepulangan yang tertunda
menuju ranah ribang pondok ibu
lihatlah!
kasturi tumbuh merindang ranum coklat tua
di halaman kepergian
di kampung lengang
di hutan lanang
waktu yang bertahuntahun ditinggalkan
kini renta menghanyut menuju janjijanji rawan
dalam seru kealpaan.
dari sisa matahari dan jejak bulan
kelimut malam kini mendewasa; hati paya kian tawar
sumpah balas dirajamkan dengan ingkar
lalu kadar mana hendak dilaknat-alamatkan
jika hati ibu memeram murka?
langit mendahanam kilatkilat penuh siasat
badai datang serupa gelimun perang
di kancah gelanggang
di kampung lengang
memiuh duka yang tamat
angin berang jadi ringkuk bangkai batu
matahari mati dan jejak bulan terhapus juga
sedangkan rintihan kita hanya mengalun tak tentu
sepanjang waktu yang lalu
tenggelam beku
semakin sendu
bumi singgah, 2007