Seni Pentas Akademis nan Dinamis

Kadek Suartaya
balipost.com

SEBUAH peristiwa kesenian berlangsung pada 18-21 Mei lalu. Selama empat malam penonton dapat menyimak penampilan seni tari, karawitan, dan pedalangan garapan para mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang digelar di Gedung Natya Mandala kampus setempat.

Pentas seni yang merupakan penyajian tugas akhir untuk merengkuh gelar akademis S1 itu tampaknya memang sarat dengan greget penciptaan seni. Bagi para mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan ISI yang memilih bidang penciptaan, ujian akhir adalah momentum untuk menunjukkan jati diri dan totalitasnya sebagai kreator. Sedangkan bagi yang mengambil jalur pengkajian, ini arena membuktikan konsentrasinya sebagai pengkaji seni dalam paparan karya tulis.

Selain sebagai penikmat seni, kehadiran masyarakat dalam ujian itu juga sebagai pelaku seni. Dari 42 orang yang maju pentas ujian, sebagian dibantu atau didukung penabuh dan penari luar mahasiswa ISI. I Wayan Mulyana yang menggarap kreasi pedalangan diiringi oleh para penabuh Sekaa Wayang Sida Rahayu, Banjar Sidayu, Klungkung.

Putu Wika Setia Budi Artiningsih yang mengetengahkan kreasi tari palegongan didukung oleh penari dan penabuh Sanggar ARMA Kumara Sari, Pengosekan, Ubud. Made Wira Oka Atmadi yang menggarap musik kontemporer bertajuk “Kuli Bangunan” didukung oleh Komunitas Rare Kual, Kelurahan Banjar Tegal, Singaraja. Para penabuh dan penari yang datang dari penjuru Bali itu luluh bersanding dan berinteraksi dengan para seniman muda mahasiswa ISI.

Proses penciptaan seni yang disajikan ini telah jauh-jauh hari terendus di tengah masyarakat, sebab para penari atau grup penabuh yang terlibat dalam pentas ujian umumnya berasal dari komunitas banjar atau desa. Wajar bila selama pentas seni itu ikut pula hadir masyarakat penonton dari mana penari atau sekaa gamelan itu berasal. Gedung tempat pementasan pun terasa sesak namun tetap tertib mengapresiasi pentas seni yang bergulir.

Diberi Respek

“Duta Wisaya” adalah salah satu karya seni tari yang memukau. Karya I Gede Gusman Adhi Gunawan ini bertutur tentang pertarungan sengit antara Balian Batur dengan patih andalan kerajaan Mengwi, Bendesa Gumiar. Digarisbawahi oleh iringan karawitan yang dibawakan oleh Sanggar Nritta Dewi, Junjungan, Ubud, karya seni ini pantas diberi respek. Selain karya Gunawan, tari “Panji Lana” garapan Ida Bagus Gede Surya Peradantha yang juga mengangkat cerita babad ini juga mengundang decak.

Decak kagum juga menguak dari sajian konser karawitan bertajuk “Srsthi” garapan I Kadek Indra Wijaya. Melalui media barungan gamelan Semaradana komposisi musik terinspirasi dari tahap-tahap perputaran jagat dari sisi pandang Hindu yang disebut yuga. Bagaimana kiamatnya kehidupan dan terciptanya kembali dunia diungkap secara musikal melalui kompleksitas paduan penonjolan ritme yang variatif dinamik.

Lalu, karya Kadek Astawa yang berungkap dengan gamelan Selonding juga menarik disimak. Lewat judul “Keta” ia berkisah tentang liku-liku kehidupan yang sarat onak dan duri. Kisah tentang keberingasan Batara Kala yang haus darah disajikan dalam garapan pedalangan karya Ida Bagus Gede Triyana Putra. Melalui tajuk “Pengeruwatan” dituturkan bagaimana Batara Kala memburu Rare Kumara yang selalu berhasil meloloskan diri. Garapan wayang yang memadukan unsur seni tradisi dan teknologi multimedia ini cukup menggugah.

Pantas Dikembangkan

Sejatinya, beberapa karya tari, karawitan, dan pedalangan yang diajikan dalam pentas ujian akhir ISI ini memiliki bobot estetik dan nilai artistik yang pantas dikembangkan atau disosialisasikan lebih luas di luar kampus untuk mengabarkan kepada masyarakat adanya dinamika berkesenian yang terus menggelinding. Selama ini, karya cipta seni yang ditelorkan oleh perguruan tinggi seni itu hanya mengalami pentas perdana saja dalam ujian saja, setelah itu umumnya lenyap bak ditelan bumi.

Pesta Kesenian Bali (PKB) yang digelar tiap tahun adalah salah satu arena yang ideal pementasan karya cipta seni pilihan dari para seniman muda godokan ISI itu. Oleh karena itu diperlukan penggalangan kerja sama antara pihak panitia PKB dengan ISI. Sajian karya-karya seniman muda yang telah dipertanggungjawabkan secara akademis itu, di panggung PKB sekaligus merupakan pertanggungjawaban kepada masyarakat.

Untuk diketahui, melalui ujian akhir ISI (dulu ASTI/STSI), ratusan karya seni pertunjukan tari, karawitan, dan pedalangan telah dilahirkan namun hanya segelintir yang dikenal masyarakat luas.

***

Leave a Reply

Bahasa ยป