4 Karya Sastra Nominasi Penghargaan Sastra Indonesia Yogyakarta

Irene Sarwindaningrum
http://oase.kompas.com/

Empat buku sastra dinominasikan sebagai penerima Penghargaan Sastra Indonesia Yogyakarta 2009 yang diselenggarakan Balai Bahasa Yogyakarta. Keempatnya mengandung muatan lokal Yogyakarta yang kuat.

Keempat buku sastra terbitan tahun 2008-2009 itu adalah novel karya Mustofa W Hasyim Rumah Cinta terbitan Arti Bumi Intaran, kumpulan cerpen karya Labibah Zain Perempuan Kedua yang diterbitkan Jalasutra , kumpulan puisi karya Nur Wahida Idris Mata Air Akar Pohon terbitan SIC, serta novel karya Hadi S Khusi yang diterbitkan Diva Press.

Selain ditulis pengarang yang berproses kreatif di Yogyakarta, keempatnya juga diterbitkan oleh penerbit di Yogyakarta serta berlatar belakang lokal Yogyakarta. Penghargaan ini memang kami khususkan untuk meningkatkan kualitas dan jumlah karya sastra lokal, kata Ketua Balai Bahasa Yogyakarta Tirto Suwondo di Yogyakarta, Sabty (31/7).

Dari keempat karya sastra itu, akan dipilih satu karya sastra sebagai pemenang penghargaan karya sastra terbaik terbaik di Yogyakarta tahun 2009. Penghargaan tersebut akan diberikan tanggal 6 Agustus di Yogyakarta.

Tirto mengatakan, jumlah peserta penghargaan ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun ini terdapat 24 karya sastra yang dikirimkan atau meningkat dari peserta tahun lalu dengan 18 karya sastra dan peserta tahun 2007 dengan 12 karya sastra.

Hal ini menunjukkan meningkatnya perhatian di kalangan penerbit maupun sastrawan terhadap karya sastra. Selama ini, penerbitan karya sastra di DI Yogyakarta sangat minim karena tidak menjanjikan keuntungan ekonomi.

Para penerbit sering mengeluh, cenderung rugi kalau menerbitkan karya sastra. Kalau tidak disubsidi silang dengan buku jenis lainnya, bisa jadi tidak ada karya sastra yang terbit karena biaya penerbitan lebih tinggi dari pendapatan yang kembali, tuturnya.

Sementara itu, Ketua Tim Penghargaan Sastra Indonesia Yogyakarta 2009 Sri Widati mengatakan, sebagian besar karya yang masuk adalah karya penulis muda yang berusia kurang dari 40 tahun. Sebagian besar karya tersebut juga merupakan karya mereka yang pertama.

Fenomena ini, tutur Sri, merupakan ciri Yogyakarta yang terkenal akan para penulis mudanya. Semua penulis dari Yogyakarta telah memulai dari usia muda. Sekarang, tak sedikit dari mereka telah mempunyai nama besar di tingkat nasional, ujarnya.

Sebelum tahun 1980, pembenihan sastrawan muda Yogyakarta ini berlangsung di sepanjang jalan Malioboro. Akan tetapi, semenjak jalanan itu dipenuhi pedagang, pembenihan bergeser ke kampus dan lembaga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *