Pendekatan Kolaboratif Memartabatkan Anak Bangsa

Antara Masyarakat Sekolah dengan Masyarakat di Luar Sekolah
I Nyoman Tingkat*
http://www.balipost.co.id/

SAYA BERSURKUR kepada Tuhan Yang Maha Esa karena pada pengunjung 2006, saya bisa mengikuti dua kegiatan berskala regional, yaitu Temu Sastra II Mitra Praja Utama (MPU) di Inna Beach Hotel Sanur (12-15 Desember 2006) dan Pelatihan Lesson Study di Hotel Jayakarta Legian (15-19 Desember 2006). Kegiatan pertama, temu sastra tingkat regional yang diikuti oleh sepuluh provinsi yang tergabung dalam wadah MPU (Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT) telah mempertemukan saya dengan para sastrawan di berbagai daerah. Di antara mereka, terlalu sering saya sebut namanya di kelas di hadapan para siswa karena karya-karyanya dibicarakan, seperti Zawawi Imron, Ahmad Tohari, Raudal Tanjung Banua. Bertemu dengan mereka, saya berhadapan dengan teks yang hidup, sehidup-hidupnya yang mudah-mudahan bisa menjaga stamina saya untuk ngayah di dunia pembelajaran sastra dalam rangka memartabatkan anak bangsa mewujudkan cita-cita.

Kegiatan kedua, pelatihan Lesson Study ‘pengkajian pembelajaran’ yang diikuti oleh para guru berprestasi di wilayah regional Bali, NTT, dan NTB. Kegiatan ini menawarkan model pembelajaran ala Jepang yang memberikan penekanan pada peningkatan cara belajar siswa dengan kehadiran observasi (guru, pemerhati, siapa saja yang peduli) ke dalam kelas, di bawah bimbingan seorang guru penyaji. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kolaboratif yang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak untuk berkembang secara optimal dan mandiri tanpa kehilangan semangat bekerja sama dalam meraih prestasi. Dengan demikian, kelas dibuat menjadi ruang terbuka bagi siapa saja yang berkepentingan untuk terciptanya komunitas belajar (learning community). Istamar Samsuri, dosen Universitas Negeri Malang dalam makalahnya menjelaskan, komunitas belajar adalah suatu konsep tentang terciptanya masyarakat belajar di sekolah, yakni proses belajar membelajarkan antara guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa, bahkan antara masyarakat sekolah dengan masyarakat di luar sekolah.

Kedua kegiatan yang berbeda itu bisa ditarik benang merahnya, paling tidak dalam tiga hal.

Pertama, baik temu sastra maupun Lesson Study walaupun panitianya berbeda tetapi memiliki napas yang sama, sama-sama memartabatkan peserta. Memartabatkan sastrawan dengan menginap di Hotel Berbintang di Sanur merupakan penghargaan yang luar biasa sesuai dengan tema kegiatan, yaitu Peranan Sastra dalam Membangkitkan Harkat dan Martabat Bangsa. Begitu pula, memartabatkan guru dilakukan oleh Panitia dari Universitas Negeri Malang dengan menghotelkan guru tidak tanggung-tanggung di Hotel Bintang IV. Luar biasa, ”Kapan lagi kita menghargai guru” kata Mukhtar Karim, dekan FKIP Universitas Negeri Malang.

Kedua, baik sastra yang mengikuti pertemuan di Sanur maupun guru yang mengikuti pelatihan Lesson Study di Legian pada hakikatnya adalah guru bangsa. Yang satu mendidik dengan konsep bahasa estetika dari luar kelas, dan yang lain menyambung lidah sang konseptor di dalam kelas. Mereka secara profesi berbeda, tetapi muara tujuannya sama-sama berkeinginan memartabatkan manusia, yang dalam istilah klasik pendidikan disebut memanusiakan manusia.

Ketiga, baik pertemuan sastrawan maupun pelatihan Lesson Study telah mempertemukan saya pada orang-orang yang ahli di bidangnya. Pada pertemuan sastra, saya bertemu langsung dengan sumber teks aslinya, yang bisa saya diskusikan dengan anak-anak di ruang kelas melalui apresiasi terhadap karya-karyanya. Sementara itu, pada pelatihan Lesson Study saya bertemu langsung dengan pakar di bidang pengajaran. Pertemuan dengan mereka-mereka itu, sekali lagi patut saya syukuri, karena selain menambah wawasan, teman, dan ilmu juga menambah pengalaman yang berharga untuk saling menimba. Tak ubahnya kedua kegiatan ini sebuah cerita dengan setting dan tokoh berbeda, tetapi amanatnya sama.

Di balik rasa syukur, saya merasa makin banyak berutang pada daerah dan negara, yang saya cintai. Kegiatan Temu sastra II MPU didanai oleh Pemda Bali melalui Dinas Kebudayaan bekerja sama dengan Forum Pecinta Sastra se-Bali, sedangkan kegiatan Lesson Study didanai oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan bekerja sama dengan FMIPA Universitas Negeri Malang. Jadi kedua kegiatan itu dilakukan dengan pendekatan kolaboratif menuju perubahan ke arah yang lebih baik demi kemaslahatan anak-anak bangsa yang bermartabat. Oleh karena merasa berutang, saya membayar dengan melakukan sosialisasi di ruangan ini seraya mencoba menerapkan di sekolah bersama teman-teman guru. Mudah-mudahan lembaran baru 2007 memberikan semangat baru untuk meningkatkan vitalitas kerja menuju harapan dan cita-cita.

*) Guru SMA Negeri 2 Kuta

Leave a Reply

Bahasa ยป