http://jurnalnasional.com/
LIRIK-LIRIK CINTA UNTUK KEKASIH 2:
IX.
Akan tumbuh bunga yang semerbak
Kau tanam dalam mimpi waktu
Seperti musim yang menggeliat dalam mata-mu
Meluruhkan kesunyian ? hari hari yang basah dan gemetar
Ingin kukecup kekekalan cinta yang menghampir
Dalam rahasia perjalanan hati
Yang kita tempuh di antara angin dan gerimis
Akan ke manakah jejak yang pernah sampai
Ketika kita rasakan jarak adalah kerinduan yang tak pernah selesai
Betapapun jauh, kau adalah nafasku satu, kekasih!
Quezon City. 21 Februari 1994-2009.
X.
Burung-burung yang terbang dari cahaya mata-mu
Hinggap dalam masa silam yang sunyi
Kudengar gemuruh ombak di kejauhan
Memanggil kekekalan nama-mu
Di antara cinta dan jiwa yang giris
Memanggil gairah ingin kukecup kesadaran ruh
Jalan-jalan yang menumbuhkan kenangan
Di antara bunga dan semak belukar
Gerimis yang luruh adalah mimpi yang sisa
Menetes dari rahim cinta yang kekal
Jarak waktu itu adalah rindu, kekasih..
XI.
Seperti kudengar suara-suara kekekalan
Di antara sepi dan kerinduan
Mengalir seperti angin yang gelisah
Dimainkan kembara musim yang basah
Lewat jari-jari yang mengurai waktu
Kurasakan betapa jauh jarak ditempuh
Dari diam malam ke senyap hati
Gairah mawar yang semerbak dalam mimpi-mimpi yang menepi
Telah lelah kupandang ombak di mata-mu
Yang gelisah mencari tepian pantai
Akan menetes hari-hari dari cahaya
Ketika kembali dalam rumah cinta, kekasih!
QC. 14 Maret.
XII.
Dunia yang memanggil
Adalah dunia cinta
Yang teduh menghampir
Di antara gemetar suara-suara
Apa yang tersembunyi di balik sunyi
Adalah kekekalan hati
Yang mencium keningmu, kekasih
Betapa ingin aku menyatu seluruh dengan-mu
Apa yang lepas dari busur waktu
Adalah rindu
Yang diam-diam
Menggeliat menjadi kenangan beribu jarak
QC. 1 Juli
XIII.
Masih terasa nafas-mu
Dalam geliat waktu
Ketika kurasakan malam letih
Merambah dalam jantung hati yang lirih
Hari-hari tak lepas dalam hitungan
Masih bercahaya dalam mataku
Ingin aku sampai pada jarak-mu
Betapa berat terasa kenangan
Mimpi-mimpi pun usai
Ketika kurasakan cuaca yang gemetar dalam wajah
Ada yang lepas dalam genggaman tangan
Burung-burung yang gelisah mencari sarang
Kekasih, biarkan tubuhku tenggelam
Dalam kekekalan cahaya mata-mu
QC. 14 Juli
XIV.
Hari-hari kita bangun jadi masa depan
Di antara geliat musim dan kenangan
Dan waktu biarkan jadi mimpi-mimpi
Yang kita pahat di dinding kerinduan Hati
Kita rasakan senyap mengalir pelahan
Dalam mata dan musim yang basah
Seperti gerimis yang selalu menunggu resah
Mencium tanah dan daun daun kehidupan
Seperti bayang-bayang kita melangkah
Mencari suara-suara kesenyapan diam pasrah
Kediaman yang memanggil kekekalan cinta
Betapa kita tak dapat dipisahkan, kekasih!
QC. 18 Juli.
XV.
Kenangan akan terus mengalir dari gemetar waktu
Seperti juga kerinduan yang luruh dari mata-mu
Diam-diam ketika aku terperangah
Disergap kegelisahan dan kesunyian
Di mana kau berada ketika tercium harum
Mawar dari cinta yang tumbuh
Dalam mimpi-mimpi dan sepi
Betapa lama kita dipisahkan oleh jarak
Yang tak mampu berangkai ucap dalam kata-kata
Kurasakan wajah-mu gemetar dalam rindu
Dalam jantungku, kekasih
QC. 24 Juli.
XVI.
Lewat jemari hujan yang luruh
Di antara daun-daun yang kehilangan cuaca
Kupandang bayangan rindu menggeliat
Dalam musim yang gemetar dimainkan waktu
Kubayangkan cahaya mata-mu yang jauh
Mengalir pelahan seperti anak sungai
Yang rindu di kedalaman laut
Sampai pada kekekalan pantai hatiku
Dalam mimpi yang menempuh beribu jarak
Perjalanan adalah hari-hari kesunyian
Yang letih mencari kenangan
Ingin kusampaikan nafas masa silam
Dalam potret wajahmu yang teduh membayang
Dalam keabadian waktu cinta, kekasih…!
QC. 8 Agustus