Jin Peliharaan Abi Lahab

Dyah Merta
http://suaramerdeka.com/

KAMPUNG Abi Lahab adalah kampung paling sunyi di wilayah ini, bahkan jika air mata jatuh pun bisa didengar oleh orang sekampung. Penduduknya tenang dan bernapas dalam irama yang hampir senada. Begitu damai. Tak ada petaka selama bertahun-tahun. Penuh senyum dan keriangan. Namun tiba-tiba saja, pagi ini, kampung Abi Lahab dikejutkan oleh sebuah ledakan yang terdengar seperti tabung gas meledak. Tabung gas yang meledak, begitulah awalnya orang-orang menduga. Dugaan yang cepat sekali membesar dari satu tabung menjadi lima tabung gas dan kasak-kusuk yang selama bertahun-tahun lenyap tiba-tiba juga muncul seperti hujan meteor.

Abi Lahab adalah lurah di kampung ini. Ia lulusan terbaik sekolah pendidikan khusus pamong praja termasyhur. Tak ada seorang pun warga yang berani membicarakan sekolah terbaik itu. Sebab mereka ingin menghindar dari kenyataan bahwa di sekolah itu tempat mempelajari ilmu kegelapan yang paling baik. Apa yang akan terjadi jika lurah mereka adalah murid terbaik yang menguasai ilmu kegelapan dengan segenap jurus andalannya. Maka begitulah kampung ini bisa menjadi kampung yang tenang, setenang jenggot lurah Abi Lahab, sebab angin pun tak berani meniupnya. Jenggot itu diperolehnya dari tanah Arab demikian halnya dengan gelar Abi Lahab yang semula adalah Kawung Iprit. Begitu sohornya gelar itu sampai-sampai menggetarkan nyali setiap warga jika namanya itu disebut dan membuat mereka semua menunduk oleh sebab takut.

Ada hal lain yang sama menggetarkannya, yaitu sebuah kendi yang tak pernah diperlihatkan Abi Lahab kepada warganya, kecuali keluarga inti Abi Lahab. Kendi itu hadir bersamaan ketika dia menukar namanya. Kendi itu konon berisi jin dari Laut Merah ?barangkali mirip jin Aladin, hanya saja belum ada seorang pun yang memastikan khasiat dan kemanjurannya.

Pamor kendi tak pelak telah mengusik hati Jahli, seorang pencuri yang seribu satu kali telah keluar masuk bui. Jahli geram apabila setiap kali ia mendengar Abi Lahab membicarakan tentang kemanjuran kendi yang dihuni jin dari Laut Merah. Keberaniannya yang nyaris terkubur di dalam seribu satu penjara yang sempat disinggahinya kini bangkit. Maka dipilihnya hari yang tepat, setelah ia berkonsultasi dengan seorang tukang nujum hebat dari kampung terdekat, Wong Singa, perihal keinginannya untuk mencuri di rumah Abi Lahab.

??Jika kau mengambilnya, jangan meninggalkan bayangan!?? ujar Wong Singa.
Jidat Jahli berlipat sepuluh mendengar nasehat Wong Singa. Tapi tak ada kata-kata lanjutan, sebab Sang Penujum segera berdiri dan masuk ke pesanggrahan tempatnya bertapa dan hanya keluar menemui tamu-tamu yang ia maui saja.

Jahli, pencuri yang seribu satu kali telah keluar masuk bui itu pun, balik dan segera mempersiapkan seluruh perangkat yang akan membantu melancarkan operasinya pada hari yang telah diwangsitkan Sang Penujum. Tibalah hari itu, setelah selama sepekan Jahli puasa pati geni; menutup semua pintu dan jendela rumahnya tanpa menyalakan lampu, tinggal dalam kegelapan yang sempurna, tanpa memakan apapun selain hewan yang tersesat seperti laba-laba, semut, kepinding, cicak, itupun kalau beruntung. Maka pada hari ia membuka pintu, yang pertama kali akan ia kunjungi adalah rumah Abi Lahab. Sebelumnya ia merapalkan sebuah ajian pamungkas yang paling ia andalkan yaitu jurus kalong, yang tak lain adalah kelihaiannya dalam meloloskan diri. Ajian ini dalam sekejap akan menyamarkan tubuhnya serupa kalong besar dan dalam satu lompatan ia mampu merubuhkan setiap orang atau penjaga yang menghadang pelariannya. Jurus inilah yang dia amalkan ketika meloloskan diri dari seribu satu kamar bui yang pernah dihuninya. Dengan jurus kalong itu, matanya juga mampu membidik sasaran dengan lebih awas dan dalam satu hentakan tubuhnya bisa berada pada satu dahan pohon, untuk selanjutnya melompat ke dahan yang lain. Bagi mata yang awas hanya akan melihatnya seperti sekelebat bayangan besar di kegelapan. Tak heran sekejap saja, ia telah berhasil mencapai wuwungan rumah Abi Lahab.

Tak satu penjaga rumah pun yang mencium kehadirannya. Mudah pula baginya masuk dari atap setelah membuka dua pasang genteng, melipat tubuhnya, dan tiba-tiba ia sudah bergelantungan di kuda-kuda. Lalu dalam satu hentakan, tubuhnya meluncur dengan lembut dan mendarat tepat di ruang tengah, di mana sebuah kendi berada di atas meja. Pencuri itu terlongo. Tapi yang tampak bukanlah kendi seperti milik Aladin, yang berwarna keemasan dengan lehernya yang jenjang, melainkan hanya kendi gerabah biasa, yang banyak terdapat di pasar. Semula Jahli enggan mengambil kendi itu dan mengutuk dirinya sendiri. Berniat mencuri kendi keramat di rumah Abi Lahab adalah sebuah kesalahan besar, begitu yang dia pikir. Bukankah untuk memasuki halaman rumah Abi Lahab dia telah mempertaruhkan lehernya hanya untuk sebuah kendi yang biasa ini? Dan kini dia pun menyadari bahwa barang siapa yang berniat jahat di dalam rumah Abi Lahab bahkan tak dapat keluar lagi dari dalam rumah itu, tanpa sepengetahuan sang empunya rumah. Orang yang berniat jahat akan tersesat dan berputar-putar saja di halaman rumah Abi Lahab. Belum lagi dia selesai menyesali nasibnya, tiba-tiba pintu berkeriut. Jahli bersiaga. Dalam sekejap mata ia melompat ke atas rangka atap. Jurus tokek telah membuat Jahli menempelkan tubuhnya di rangka atap. Terlihat Abi Lahab masuk bersama seorang penjaga rumah.

??Aku mencium bau pencuri di rumahku!?? ujar Abi Lahab sesaat setelah minum seteguk air dari kendi keramat. Penjaganya itu terkejut, lalu bersiul dengan keras. Sekelompok penjaga lain pun bergegas masuk ke ruang itu. Tanpa aba-aba tertentu, penjaga-penjaga itu memeriksa ke segala arah; mengecek semua pintu dan jendela, sudut-sudut yang mencurigakan; hingga ke kolong yang tak mungkin untuk bersembunyi kecuali untuk tikus beranak dan anak kucing meringkuk.

Jantung Jahli berdetak kencang. Beberapa penjaga mulai mengamati ke atas. Mereka waspada kalau pembobol rumah mungkin akan menerobos dari sana. Akan bodoh bagi Jahli jika ia segera menggunakan jurus kalong. Jurus itu akan membuatnya menubruk atap rumah. Genteng dan rangka atap yang terpijak bagaimanapun pasti akan menimbulkan suara. Sudah pasti akan mudah bagi Abi Lahab mencium jejak bahkan bayangannya. Dengan ajian malih rupa, Jahli berdoa semoga dirinya sewarna atap rumah lurah Abi Lahab, padahal ilmu ini baru saja diperoleh dan kali pertama diamalkannya. Entah bagaimana sepuluh penjaga yang sudah memeriksa seluruh rumah dalam jangkauan mata siaga itu tak melihatnya bertengger seperti tokek di rangka atap.

Tipuan Jahli atau boleh dibilang kesaktiannya yang mujur itu berhasil membuatnya keluar dari rumah lurah Abi Lahab tanpa tertangkap. Namun ia belum puas sebab kegagalan pertamanya ini bagaikan melumpuhkan separuh ilmunya. Demi rasa kesal yang tumbuh setiap hari itulah ia akhirnya mengulang lagi aksinya, kali ini dengan mengingat pesan Wong Singa.

Kedua kalinya Jahli berhasil. Tapi dari keberhasilan itulah petaka bermula, ketika tangan Jahli menggotong kendi itu keluar rumah Abi Lahab.

Jahli menjual kendi itu di pasar gelap dan barang langka. Alih-alih mendapat uang jutaan, seperti yang diimpikannya semula, ia malah mendapat cemoohan dari para penadah. Tapi Jahli berpikir mungkin di pasar barang bekas kendi ini akan mendapatkan tempat yang lebih baik.

??Satu kendi baru cuma seharga lima ribu. Mau kubeli berapa kendi bekasmu itu??? kata pedagang barang bekas.
??Jahli, setidaknya kau mencurilah kendi yang lebih baik!?? kata penadah yang lain.
??Seribu lah kalau kau mau! Untuk sebatang rokok,?? ujar Jahli putus asa.
??Hah, sejak kapan kau mencuri hanya untuk sebatang rokok???
??Bah, sejak aku melihat kendi ini, sejak itulah nasibku sungguh sial. Ambillah kalau kau tak mau menukarnya dengan uang seribu!?? Jahli meradang.
??Jahli, pantang aku menerima barang sial. Kau pergilah dan bawa kendimu itu. Ini uang seribu untuk sebatang rokok!??

Jahli melengos, mengambil uang seribu itu dan keluar dari pasar. Di salah satu jalan keluar dari pasar, di tengah lalu lalang dan suara-suara yang muncul hampir seperti seribu belalang itu, Jahli melihat seorang perempuan membawa barang di bakulnya. Putus asa mungkin, membuat Jahli meletakkan kendi itu di antara tumpukan bawaan perempuan itu tanpa disadari si empunya.

Dari sinilah awal mula kekacauan di kampung Abi Lahab. Pertama sekali adalah ledakan itu, yang diduga adalah ledakan tabung gas seperti yang sebelumnya kuceritakan. Ledakan itu datang dari rumah perempuan yang ditemui Jahli terakhir kali di pasar. Selidik punya selidik setelah dilakukan penyelidikan serius, tuduhan yang muncul lebih mengerikan. Ledakan itu adalah bom rakitan. Bakul-bakul itu ternyata dipenuhi bahan-bahan untuk membuat bom rakitan. Gegerlah kampung Abi Lahab akibat ledakan dan teror bom rakitan. Perempuan itu pun diseret ke kantor Koramil. Anehnya, kendi itu tak ada seorang pun yang mengetahui nasibnya. Ceritanya bahkan tidak ikut muncul sebagai pemicu kekacauan itu.

Belum lagi reda kepanikan, muncul orang-orang yang ditangkap dari perkumpulan Wong Singa dengan dakwaan menyebarkan ajaran sesat. Belum usai kehebohan ajaran sesat Wong Singa, muncul kawanan penipu di pasar yang dihajar warga habis-habisan, yang sebagian besar para penadah barang bekas. Jahli, yang terpaksa berhenti sebentar dari keahliannya mencuri setelah aksi terburuk sepanjang karirnya itu, mulai curiga. Beberapa orang yang tertangkap secara tak langsung pernah berhubungan dengan dirinya atau setidaknya dengan kendi itu. Maka kini ia punya misi baru, yaitu melacak keberadaan kendi Abi Lahab. Sebagai pencuri berkelas dan memiliki jaringan preman dan anak jalanan di mana-mana maka mudahlah bagi Jahli untuk mengetahui di mana keberadaan kendi Abi Lahab itu. Selama lolos dari tangan Abi Lahab, kendi itu selalu berada di wilayah-wilayah terburuk di kampung ini. Dalam sehari, Jahli sudah beroleh informasi yang paling bisa dipercaya. Maka segera ia menyatroni rumah Abi Lahab untuk yang ketiga kalinya.

??Hai, Jahli! Apa kabar kawan??? sebuah sapaan mengagetkannya ketika tubuhnya meluncur dari atap dan mendarat persis di depan kendi yang berada di atas meja di ruang tengah rumah Abi Lahab.

Jahli tetap berdiri tegap tanpa memalingkan muka ke arah suara yang menyapanya.

??Kau pikir aku tak tahu berapa kali kau bertandang ke rumahku??? tanya suara itu dengan kekuatan bicara yang cukup dikenal dan sangat akrab di telinganya. Suara Abi Lahab.
??Ki Lurah,?? Jahli berdehem kecil.
??Kau sangat terlatih Jahli. Aku sangat mengagumi kelihaianmu. Kupikir tak pantas kau hidup tak layak dan terus menerus keluar masuk bui.??
??Saya hanya bermaksud meminjam kendinya, kabarnya ada Jin Ifrit,?? Jahli mencoba membuat lelucon, tapi justru malah membuat dirinya sendiri tertawa, menertawai kebodohannya sebagai pencuri terburuk abad ini.
??Aku Kawung Iprit tak perlu jin Ifrit, Jahli!?? tawa berderai tersambut. ??Aku hanya perlu orang-orang seperti dirimu!?? lanjutnya.
??Ki Lurah sungguh baik hati,?? balas Jahli masih membelakangi muka Abi Lahab.
??Kau yang terbaik dari yang terbaik, Jahli. Maukah kau bergabung denganku???
??Ki Lurah yang terbaik.??

Terdengar lagi tawa berderai. Bahu Jahli terasa ada yang menepuk. Tepukan berat dan dingin yang membuat sekujur lututnya lunglai hingga ia terjatuh. Kepalanya menunduk, terasa sungguh berat. Berkelebat ledakan-ledakan bom, gerombolan ajaran sesat, anak-anak jalanan yang terbunuh, penipu ulung, tukang tadah, dan transaksi jual beli ilegal. Berada di hadapan Abi Lahab, Jahli merasa segala kesaktiannya, termasuk jurus kalong dan tokek tidak ada gunanya. Jahli hanya bisa diam dan tunduk pada kekuasaan Abi Lahab, takluk oleh kekuatan ilmu kegelapan yang tak bisa ditandinginya. Akhirnya sepanjang masa, sepanjang sisa hidupnya, Jahli hanya berada di situ, terkurung di dalam kendi, seperti pengalamannya memasuki kembali seribu satu penjara.

Kampung Abi Lahab pun kembali damai. Penduduknya tenang dan bernapas dalam irama yang hampir senada. Bahkan jika ada jarum jatuh bisa didengar oleh orang sekampung. Sementara Jahli, sibuk mencari bayangannya yang tertinggal di kendi Abi Lahab. Tahukah kau, jika ribuan kali Jahli terus-menerus mencuri kendi itu dari tangan Abi Lahab?

Yogyakarta, awal Desember 2009

Leave a Reply

Bahasa ยป