Bahtera
bahtera mengapung di permukaan
air mata yang membawanya pergi
seperti burungburung terbang menuju hilir
bahtera kubangun sekuat tenaga
bercampur air mata rasa gelisah
kujelaskan pada mereka
penghuni setiap tingkap
bangunan ini hanya sebuah kegalauan
dan bahtera tetap berkelana
mencari tempat aman di atas kefanaan
bahteraku penuh keluh
selalu diurai kisah masa lalu
siapa penghuni berikutnya
ada firasat tak baik di hati
ragaku adalah bahtera
yang haus kisahkisah baru
di lambungnya terdapat karat
sebab menanti hujan reda
adalah sesuatu yang tak terjangkau
kayukayu berpatahan
koyak dimakan waktu
galau menuju kehampaan
siapa penghuni berikutnya
tak mengawali permulaan dengan kebohongan
nomornomor palsu
katakata hanya berlesatan
air mataku menderas
menggoyahkan samudera
tubuhku rapuh dimakan lumutlumut
kupercayakan alur air yang membawaku
gelombang membuai buritan
tiangtiang mencapai langit
berusaha mensucikan hati
aku dan tubuhku diintai waktu
siapa penghuni berikutnya
dapatkah kujelaskan pada mereka
tempat berlabuh yang aman
tetap tubuhku
SudutBumi, Maret 2008
Pentagon Suatu Malam
mengapa hujan selalu datang tanpa dimengerti
ketika kabut menyusup di bingkaibingkai tanpa terali besi
ruang dipenuhi nadanada
langkah mengiringi setiap nasib puisi
siapa berani menghardik untai kata
yang menempel di papanpapan hijau
mengerti gundah hati
pelataran tanpa cahaya
loronglorong bisu bermakna
resapilah bahwa tanggatangga yang memanjang itu
milik sementara waktu
kau akan beranjak meninggalkan semua kenangan
riuh puisipuisi dibacakan
lagulagu didendangkan
ketahuilah waktumu tak banyak
sekadar mengantar kepulangan
bangunan ini akan koyak
dimakan zaman bernama kenangan
SudutBumi, Desember 2006
Kau tak Melihat Kupukupu di Leherku
siang itu kuberikan leherku
agar kau melihat
sayapsayap mengepak
SudutBumi, 2006
Biar Kusimpan Kenangan Sendiri
~ ba
semenjak lagu itu kau putar
aku mulai tahu
musim tengah berguguran di hatiku
mewartakan setiap gelagat cuaca
dan aku merasakan semilir yang berbeda
dari gerak tubuhmu
jika saja
kita dapat menyimpan setiap kenangan
mungkin kau tak akan
singgah di cakrawala yang lain
biarlah,
kudengarkan senandung ini sendiri
di antara bias hari
kutetapkan hati
untuk bertamu sekali waktu
ketika daundaun
merajut zat hijaunya
ketika kau menghentikan putaran gramofon
di musim yang lain
SudutBumi, 17 Desember 2007
*) Sihir Terakhir, Antologi Puisi Penyair Perempuan ASAS, Penerbit PUstaka puJAngga, 2009.