Puisi-Puisi Ellie R. Noer

My Mom Superchef

ibu memasak sayur sop
ia menceduk air dari mataku
beberapa gayung
katanya akan dibagikan ke tetangga
kata tetangga
air mataku mengandung khasiat
: mimpi dan citacita

ibu menggoreng katakata
yang selalu dihidangkan untukku
rasanya pedas dan membuatku
betah nongkrong di toilet
beberapa jam sambil bermimpi jadi penari balet
(nari baletnya jangan terlalu lincah nanti ketahuan mamah)

ibu mengupas khayalku
hidangkan di ruang tamu

Rahayu, 13 Oktober 2008

Bidadari Mandi

masa kecilku dulu
sering didongengi tentang bidadari mandi
hingga penasaran ingin lihat tubuh bidadari
berulangkali naik ke genting rumah paling tinggi
sepertinya mereka sembunyi, takut ketahuan
bekas luka bakar, atau
jerawat yang asyik nongkrong di wajahnya
seusai hujan
bidadari segera menutup pintu dengan pelangi
“kali ini harus berhasil,” kataku
teropong canggih sengaja kubeli
simpan di kamar mandi
“HHaaHH”
mereka tidak punya tubuh
dasar ibu pendusta

aku lari mencari ibu
yang sibuk dengan kocokan arisan
“kalau menang kita wisata ke pelangi,”
kata ibu sebelum pergi arisan
“bu, di pelangi tak ada bidadari
aku ingin lihat bidadari mandi,” teriakku

dulu, bidadari mandi di pelangi
sekarang, mandi di menu pagi

Ledeng-LW Panjang, 11 Desember 2007

Menjadi Penyair Lagi *
Untuk Acep Zamzam Noor

cep, di tasikmalaya, kutemukan helaihelai rambutmu
di lantai keramik yang kusam. aku selalu terkenang kepadamu
setiap melihat kacamata, jaket, atau rambut gondrong
atau ketika menyaksikan melvamu dirayu orang.
kini aku kesepian di kereta ini dan merasa
menjadi penyair lagi, anganku duduk denganmu
wajahmu mengantarkanku pada jalan imajinasi
kau tahu, cep, rayuan melvamu menjatuhkan
katakata dalam baris puisi hingga kecemburuanku
menjelma katakata juga

kini aku kesepian di kereta ini dan merasa
menjadi penyair lagi. helaihelai rambutmu yang rontok
kuletakkan dengan hatihati di dekat kemenyan
bersama bunga, boneka, dan segelas air. lalu kutulis puisi
ketika kurasakan tatapanmu ada di mataku
ketika bibirmu menahan kata untuk selingkuh
kutulis puisi sambil mengingatingat pesan melva
: kembalikan celana dalamku, kutang, serta ikat pinggangku
yang lupa aku simpan di bawah ranjang

aku tahu, cep, diamdiam melva cerita padaku
dan malu kembali ke hotelmu. waktu itu
kau telah menolak setelah kau melihat
isi dalam roknya
cep, melvamu adalah tenaga katakata
tapi aku takkan seperti melva yang meninggalkan
celana, atau semacamnya.

o. aku kesepian di sini dan merasa menjadi penyair lagi.

Kereta, 05 Mei 2008
Sajak Acep Zamzam Noor “Menjadi Penyair Lagi”

*) Sihir Terakhir, Antologi Puisi Penyair Perempuan ASAS, Penerbit PUstaka puJAngga, 2009.

Leave a Reply

Bahasa »