Atep Kurnia *
nasional.kompas.com
Sayembara di jagat kesusastraan Sunda telah berlangsung lama. Menurut Ensiklopedi Sunda (2000: 258), usaha pertama kali untuk mengadakan lomba sastra Sunda dimulai pada 1920. Saat itu ada sayembara menulis roman yang diselenggarakan Balai Pustaka. Pemenangnya Carita Dulur Lima karya Sungkawa.
Setelah Indonesia merdeka, upaya mengadakan sayembara mengarang sastra Sunda diadakan Lembaga Basa jeung Sastra Sunda (LBSS) pada 1954. Saat itu LBSS mengadakan lomba mengarang carpon. Pemenangnya Caraka, sastrawan Sunda, melalui karya Hoskut.
LBSS kemudian mengadakan Hadiah Sastra LBSS melalui jalur penilaian karya per tahun. Langkah ini mulai ditempuh pada 1957. Untuk pertama kalinya hadiah tersebut dianugerahkan kepada Rusman Sutiasumarga. Pemenang periode selanjutnya Rachmatullah Ading Affandie (RAF) melalui karya Dongeng Enteng ti Pasantren (1961). Namun, hadiah yang diberikan LBSS tersebut “timbul-tenggelam”. LBSS mulai lagi memberi hadiah sejak 1989.
Majalah Mangle pun demikian. Sejak 1960-an majalah Mangle memberi hadiah sastra Sunda melalui jalur penilaian karya per tahun. Yang pernah mendapatkan hadiah sastra dari Mangle antara lain Ki Umbara (untuk carpon-nya Kasilib), Sjarif Amin (Handapeun Dapuran Awi), dan Caraka untuk tahun 1963. Saleh Danasasmita (Saliara Sisi Jami) dan Aam Amilia (Di Cindulang Aya Kembang) meraih Hadiah Mangle pada 1966. Kemudian ada I Asikin (1976) dan Trisna Mansur (1979).
Majalah Mangle pun pernah mengadakan sayembara sastra Sunda. Upamanya, pada 2002 Mangle mengadakan Hadiah Sastra RH Oeton Mochtar. Pemenang pertama ada tiga, yaitu Deng (Godi Suwarna), Saeni (Hadi AKS), dan Ujay Kodok (Tatang Sumarsono). Juara harapan antara lain diraih Deden Abdul Aziz melalui karyanya Panganten. PPSS
Paguyuban Pangarang Sastra Sunda kemudian berubah menjadi Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PPSS) pada era 1960-an. Mulanya PPSS mengadakan dua hadiah sastra, yaitu pertama, Hadiah Moh Ambri yang direncanakan diberikan setahun sekali. Kedua, Hadiah Sastra Hasan Mustapa, lima tahun sekali.
Ternyata Hadiah Moh Ambri hanya diberikan sekali, yaitu pada 1967. Saat itu ada empat sastrawan Sunda yang dianugerahi hadiah. Kategori kumpulan sajak diberikan kepada Rahmat M Sas Karana melalui karya Ombak Laut Kidul. Ayatrohaedi mendapat hadiah melalui sajak Di Kebon Binatang. Kategori carpon dimenangi Aam Amilia dengan karya Di Cindulang Aya Kembang. Pemenang kategori roman adalah Yus Rusamsi melalui karya Dedeh. Adapun Hadiah Sastra Hasan Mustapa urung diberikan.
Akan tetapi, kini PPSS lebih giat memberikan hadiah sastra melalui jalur sayembara. Misalnya, dalam rangka memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional, 21 Februari 2007, PPSS mengadakan Saembara Ngarang Novelet Barudak Basa Sunda. Di antara naskah pemenang lomba tersebut yang telah dibukukan adalah Si Sekar Panggung dan Ochang. Keduanya karya Tatang Sumarsono.
Selanjutnya PPSS yang bekerja sama dengan Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat mengadakan sayembara mengarang carpon. Lomba ditutup pada 31 Mei 2007. Sebanyak 15 karangan yang terpilih dimuat dalam buku antologi Kembang Kadengda.
PPSS kembali bekerja sama dengan Teater Sunda Kiwari mengadakan Lomba Mengarang Naskah Drama Bahasa Sunda. Dari lomba yang ditutup pada 31 Agustus 2007 itu, hasilnya diterbitkan dalam buku Jeblog (2008).
PPSS pun mengadakan Saembara Ngarang Sajak Sunda PPSS 2008. Kegiatan tersebut dimulai sejak April dan ditutup pada 30 Juli. Pemenang diumumkan pada September 2008. Ikapi dan lain-lain
Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Cabang Jabar pernah mengadakan sayembara mengarang sastra Sunda pada 1968. Pemenang antara lain Aam Amilia dan Ahmad Bakri. Aam meraih hadiah pertama untuk bacaan dewasa dengan roman Samagaha. Ahmad Bakri hampir memenangi semua jenis bacaan di antaranya Payung Butut (kategori bacaan umum), Kabandang ku Kuda Lumping (bacaan anak-anak), dan Nu Sengit Dipulang Asih.
Mulai 1992, Paguyuban Pasundan mengadakan berbagai sayembara dalam sastra Sunda. Nama hadiah diambil dari nama ketua pertama paguyuban tersebut, Hadiah Sastra DK Ardiwinata. Pemenang antara lain Darpan (1993, 1994, 1995, dan 1996), Tatang Sumarsono (1993, 1994, 1995, 1998, dan 1999), dan Hadi AKS (1994, 1996, 1997, dan 2001).
Selanjutnya ada Lembaga Mekar Parahyangan dan Klub Pecinta Sastra Bandung. Pada 2002, kedua lembaga itu bekerja sama mengadakan sayembara mengarang carpon mini. Ada 118 peserta yang mengikuti pasanggiri ini. Adapun karya yang dipilih dan dimasukkan ke dalam antologi Ti Pulpen Tepi ka Pajaratan Cinta sebanyak enam karya pinilih dan 24 karya nominasi.
Perkembangan mutakhir, kehadiran internet pun dijadikan ajang mengadakan sayembara sastra Sunda. Misalnya, seperti dilakukan galuh-purba.com yang bekerja sama dengan sunda.web.id mengadakan Saembara Ngarang Carita Pondok di internet, yang memperebutkan Piagam Bujangga Maya. Lomba dimulai pada 20 Maret dan ditutup pada 30 Juni 2008.
Penyelenggara lain adalah lembaga pemerintah. Misalnya, Perhutani Unit III Jabar dan Banten pada 27 Juli-30 September 2004 mengadakan Pasanggiri Nulis Puisi Sunda Kehutanan Tingkat SLTP-SLTA se-Tatar Sunda. Hasilnya pun kini menjadi antologi Panggeuing: Harewos Tutugan Gunung (2005).
Walhasil, sayembara sastra Sunda terbukti memberikan banyak manfaat. Pertama, tentu saja memperkaya khazanah kesusastraan Sunda karena banyak karya sastra Sunda diterbitkan dalam bentuk buku. Selain itu, sayembara sastra Sunda paling tidak turut pula mendorong lahirnya pengarang Sunda dari generasi yang lebih kemudian.
*) Penulis Lepas, Tinggal di Bandung.