Ketut Wiana
http://www.balipost.co.id/
Ada gunung yang menjulang tinggi dengan pepohonan hijau royo royo. Di kaki gunung ada pohon-pohon bunga dengan aneka warna warni membuat suasana segar yang menyejukan hati. Di sebelah gunung itu ada sungai yang meliuk-liuk dengan air deras yang bersih tanpa ada limbah sampah mengotorinya. Di dataran yang lebih rendah ada kebun dan sawah menghijau bagaikan hamparan bludru hijau yang membuat gunung itu menjadi semakin sempurna menghadirkan alam yang asri. Ada burung-burung berkicau bebas tanpa ada yang mengganggunya. Pemandangan gunung itu adalah suatu keindahan tetapi bukan hasil karya seni. Sedangkan karya seni adalah buatan manusia seniman yang diharapkan menghasilkan keindahan.
Albert Einstain menyatakan bahwa fungsi agama mengarahkan hidup, ilmu memudahkan hidup sedangkan seni menghaluskan hidup. Agama mencerahkan hati nurani, ilmu mencerdaskan pikiran dan seni membangun kepekaan, kehalusan dan kelembutan rasa. Kalau saja agama, ilmu dan seni benar-benar berfungsi seimbang dan sinergis kualitas manusia pasti akan meningkat. Bercita-cita dengan arah yang benar mencari kemudahan dengan tidak menggunakan budaya nerabas, tetapi melalui proses pengembangan ilmu pengetahuan dan menimbang-nimbang dengan rasa yang halus dan lembut sehingga tampil indah dipandang orang.
Selanjutnya apa itu indah. Memang tidak mudah menjawabnya dengan kata-kata. Apalagi bagi yang awam mengenai teori keindahan. Indah itu sesuatu yang menyangkut rasa yang sangat individual sifatnya. Untuk merumuskan apa itu keindahan dengan bahasa yang dapat disajikan pada orang lain sungguh tidak mudah. Meskipun demikian setiap orang dapat merasakan sesuatu itu indah atau tidak indah. Suatu objek yang dirasakan indah oleh seseorang, belum tentu indah juga dirasakan oleh orang lain. Ini adalah kenyataan yang terjadi dalam masyarakat.
Yang indah itu ada dua. Ada indah yang merupakan ciptaan Tuhan secara langsung seperti pemandangan yang indah ciptaan Tuhan yang muncul dari perpaduan gunung yang menghijau dengan samudra yang membiru. Indahnya pemandangan alam lepas apa lagi saat bulan purnama yang sejuk dengan desiran angin sepoi sepoi basah. Keindahan seperti itu sudah merupakan keindahan yang universal. Semua lapisan masyarkat akan merasakan betapa indahnya ciptaan Tuhan.
Tidak demikian halnya dengan keindahan yang merupakan karya cipta manusia seperti kesenian. Keindahan yang merupakan karya cipta manusia itu dibatasi oleh ruang dan waktu. Meskipun keindahan karya cipta manusia itu universal, tetapi akibat pemaknaanya akan berbeda. Perbedaan itu dibatasi oleh ruang dan waktu. Wanita cantik berfoto model polos mempertontonkan lekak lekuk tubuhnya itu disebut karya seni yang indah. Keindahan seperti itu memiliki keterbatasan ruang dan waktu. Mempertontonkan keindahan tubuh wanita molek seperti itu menimbulkan akibat yang berbeda-beda di satu ruang dan waktu dengan ruang dan waktu yang lainnya.
Demikian juga artis penyanyi dangdut yang menampilkan tubuhnya dengan balutan pakaian tipis dan ketat seadanya. Artis dengan pentas di panggung terbuka dengan goyang ngebor seperti itu umumnya orang menyatakan itu indah. Cuma indah dengan penampilan penyanyi “kijang panther” seperti itu apakah pantas di panggung umum ditonton oleh masyarakat dari segala lapisan umur. “Kijang panther artinya kaki jenjang pantat nongol dan muter-muter”.
Keindahan yang demikian itu tidak akan menguatkan jati diri manusia sebagai ciptaan Tuhan yang bermoral luhur.Menikmati keindahan karya cipta manusia haruslah dibatasi oleh norma dengan batasan ruang dan waktu. Kapan dan dimana hal itu pantas dan wajar dipentaskan. Patutkah hal yang sangat vulgar seperti itu dipentaskan tanpa batasan orang menonton. Penampilan artis yang sensual dengan goyang ngebornya yang berlebihan sepertinya sangat tidak pantas ditampilkan di ruang terbuka dengan penonton tanpa batasan. Hal ini memang sulit dan akan mudah memicu pro kontra.
Yang perlu kita renungkan dalam menikmati keindahan adalah akibat psikologis dan sosiologisnya. Pementasan seperti itu akan menjadi ajang perangsangan hawa nafsu secara tidak benar. Manusia itu bukanlah makhluk hawa nafsu. Indria dengan hawa nafsu itu adalah alat dalam diri manusia, bukan manusia alat hawa nafsu. Keindahan sebagai karya cipta manusia ada dua juga. Ada keindahan yang merupakan ekspresi hawa nafsu (wisaya kama) dan ada keindahan yang merupakan ekspresi sreya kama yaitu ekspresi dari kesucian dan kesadaran budhi manusia. Keindahan dari ekspresi wisaya kama adalah keindahan dari pengembangan dinamika wisaya atau hawa nafsu yang selalu bergejolak untuk dipenuhi. Keindahan seperti itu memenuhi kebutuhan indria semata untuk dipuaskan.
Menikmati keindahan seperti itu tidak akan mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan. Keindahan yang bersumber dari ekspresi wisaya karma itu berhenti sampai tingkat memberikan kesenangan hidup duniawi. Menikmati kesenangan duniawi seperti itu tidak masyalah sepanjang mendapat pengawasan dan pembatasan dari kesadaran akal budhi. Ukuran keindahan yang tepat adalah keindahan yang dimunculkan dari pengejawantahan satyam, siwam mewujudkan sundaram. Artinya kebenaran dan kesucian itulah sumber keindahan yang baik atau dengan kata lain keindahan karya seni (sundaram) itu adalah media untuk mengekspresikan kebenaran (satyam) dan kesucian (siwam). Ekspresi keindahan seperti itu akan membawa manusia pada peningkatan jati dirinya sebagai makhluk hidup ciptaan Tuhan. Satyam, siwam dan sundaram adalah kata-kata bijak (subha sita) hasil renungan isi Weda oleh Rabinranat Tagore.
Indah dalam bahasa Sansekerta dinyatakan dengan istilah sundaram yang artinya indah atau cantik. Jadinya keindahan yang bermutu tinggi (satvika sundaram) adalah perwujudkan dari kebenaran (satyam) dan kesucian (siwam). Menikmati karya cipta manusia yang disebut keindahan (sundaram) dari pengejawantahan satyam dan siwam akan dapat menguatkan jadi diri manusia di dunia ini. Karena itu tidaklah setiap keindahan itu dianggap dapat memberi makna positif dalam hidup ini. Memang semua yang dianggap indah oleh seseorang adalah menyenangkan. Dalam hidup ini tidak semua yang menyenangkan atau yang enak membawa manfaat untuk mengantarkan manusia pada kehidupan yang bahagia. Keindahan yang benar adalah keindahan yang mewujudkan kebenaran dan kesucian dalam hidup ini.
Selamat Menikmati Pesta Kesenian Bali ke XXXII