lampungpost.com
Hujan dan Matamu
Hanya hujan, dinda
yang kelak bisa mengingatkanku pada matamu
sebab hujan yang berderai di halaman rumah senja itu
adalah hujan dari matamu
Natar, 26 Februari 2010
Jangan Pernah Resahkan Hujan
Untuk apa resahkan hujan yang datang di halaman, dinda?
bukan itu yang membuatku tak datang menemuimu senja ini
aku hanya takut tak mampu pejamkan mata malam nanti
sebab senyummu pasti akan mampu memenuhi tak hanya halaman hatiku, tapi juga seluruh ruang dalam ingatanku
kau tak pernah tahu bagaimana aku menyembunyikan getar yang tak tahu lagi
bisa kusebut apa setiap kali
aku menjumpaimu di beranda rumah
bahkan sejak kakiku menjejak di halaman yang rumputnya selalu basah
karena hujan
maka jangan resahkan hujan yang datang di halaman rumah, dinda
sebab ia bisa menjadi teman ketika aku tak jadi datang
menjadi lagu ketika harimu dirayu sendu
Natar, Februari 2010
Jika
Jika luka adalah sejarah
maka tak perlulah mengenang sejarah itu
sebab, luka adalah air mata serupa sembilu
tapi jika cinta adalah sejarah
maka kenanglah sejarah itu
sebab, cinta adalah kata penuh rasa
Bandar Lampung, 29 Juni 2009
Jelmaku
Aku menjelma jadi awan, jadi mendung, jadi hujan, jadi embun. Menetes pada daun-daun, pada ilalang, pada rumput-rumputan.
Hingga ketika mentari mulai merayapi hari, nanti aku menjelma jadi angin, jadi lagu, jadi kidung, jadi tembang gugu. Menjalari pohon-pohon, menelusuri cabang-cabang, mencengkrama ranting-ranting.
Natar, 24 April 2008
Sepotong Senja untuk Kau
Tunggulah kau di sana,
kukan ambil senja sepotongnya
kan kuantar ke tempatmu berada
sebagai pelepas lelah sehabis kerja
tunggulah kau di sana
nanti kita lahap sepotong senja bersama-sama
Natar, 4 Agustus 2009
—–
Laela Awalia, lahir di Natar, Lampung, 5 April 1986. Sajak dan cerpennya dimuat di beberapa media. Aktif sebagai anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Lampung.