Reinkarnasi Sebuah Rasa

Judul : Kembang Seruni
Penulis : Denny Novita
Editor : Khotimatul Husna
Penerbit dan Distribusi : LKiS Yogyakarta
Cetakan ke I November 2009
Peresensi : Rahayu Kurniawati
http://entertainmen.suaramerdeka.com/

KEMBANG Seruni, sebuah novel dengan latar kisah yang unik. Memang tak lepas dari kisah percintaan seperti novel pada umumnya. Namun menariknya, bacaan yang satu ini menyajikan kisah percintaan yang dibalut dengan salah satu sekuel sejarah kerajaan Majapahit.

Berbicara soal Majapahit, tentu pikiran Anda tak akan lepas dari tokoh legendaris Gajahmada. Dalam buah karyanya ini, penulis, Denny Novita, mampu menggabungkan dua zaman berbeda dalam satu rangkaian alur cerita. Salah satu dari sekuel cerita didalamnya berkisah tentang cerita cinta Gajahmada yang berakhir tragis.

Anda akan dibawa dalam dua kisah dengan latar zamannya masing-masing. Keduanya terikat oleh satu benang merah yang mana tiap pembaca akan memiliki interpretasi sendiri. Inilah sisi menarik lainnya, makna tersirat dari benang merah itu dapat ditangkap dari alur kisah dengan setting masa lalu yang menjelma di zaman modern.

Reinkarnasi, satu kata ini dapat menjadi ‘kata kunci’ dalam memahami perjalanan cerita ‘Kembang Seruni’. Mungkin hanya kata itu pula yang tepat untuk menggambarkan perulangan kisah antara dua pasang sejoli yang hidup pada zaman berbeda. Gajahmada menjelma dalam sosok Gading Aryaputra dan Dyah Ayu Pitaloka menjelma dalam diri Seruni Anggraini.

Tak kalah pentingnya, dalam novel ini kita diajak menilik sejarah Majapahit khususnya mengenai sebuah perang yang dikenal dengan sebutan perang bubat. Banyak versi berbeda akan kisah perang ini. Namun, penulis menarik satu sudut pandang yang menempatkan perang bubat sebagai akibat dari perang batin dalam diri Gajahmada.

Cinta ‘terlarang’ pada calon permaisuri Majapahit, Dyah Ayu Pitaloka, adalah pemicu dari tragedi yang menyebabkan ribuan jiwa dari Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda Galuh melayang. Mirisnya, putri mahkota Kerajaan Sunda Galuh yang juga jatuh hati pada sang mahapatih itu pun rela mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Beralih ke zaman modern, takdir mempertemukan Gading Aryaputra dengan Seruni Anggraini melalui caranya sendiri. Keduanya, meski belum pernah bertatap muka, memiliki ikatan misterius yang sulit untuk dijangkau rasio. Rasa benci meluap-luap dari diri Seruni pada Arya seolah adalah jelmaan perasaan Dyah Ayu pada Gajahmada pasca perang bubat.

Gaya bahasa yang demikian mengalir serta imaji indah penulis dalam memaparkan kisah ini menjadi nilai tambah tersendiri. Perlu dicermati, banyak pelajaran yang dapat kita petik setelah membaca karya sastra ini. Terutama dalam hal mengelola rasa. Seseorang yang tak mampu membendung ‘kulminasi’ rasa di hatinya dapat berubah menjadi sosok lain, terpedaya dan terjebak dalam pusaran emosi. Sementara, waktu terus berjalan menggenggam setiap akibat dari setiap perbuatan.

Tertarik dengan novel ini ? Segera dapatkan di toko buku terdekat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *