Dargo Golok

Manaf Maulana
http://www.sinarharapan.co.id/

SEBENARNYA, nama aslinya cuma Dargo. Tapi karena pernah tiga kali menganiaya orang dengan golok, maka orang-orang suka menjulukinya Dargo Golok. Dan ia tampak senang mendapat julukan itu. Sehari-harinya, ia gemar main kartu di gardu.

Dan siang itu, Lurah Suto tiba-tiba datang di gardu dan mengundang Dargo Golok ke rumahnya.
?Ayo ke rumah saya! Ada tugas penting untukmu!? ujar Lurah Suto.

Dargo Golok mengangguk. Lalu segera mengikuti Lurah Suto ke rumahnya.

Melihat Dargo Golok diajak ke rumah Lurah Suto, banyak orang segera menduga-duga. Mungkin Lurah Suto akan menyuruh Dargo Golok menganiaya seseorang. Sudah lama terbetik kabar burung bahwa Lurah Suto akan berusaha menghabisi musuh-musuhnya. Sedangkan musuh-musuhnya, tidak lain adalah banyak pemuda yang membencinya dan yang akan melakukan unjuk rasa di kabupaten dengan tujuan agar bupati bersedia memecatnya.

Begitulah. Lurah Suto adalah pemimpin desa yang korup. Banyak uang yang seharusnya untuk dana pembangunan desa dicaploknya untuk memperkaya diri. Dan setiap ada warga yang minta surat selalu diharuskan membawa sebungkus rokok. Bahkan, akhir-akhir ini, setiap kali desa mendapat bagian beras JPS dari kecamatan, Lurah Suto selalu menyunatnya dengan cara mengurangi timbangannya. Misalnya, seharusnya setiap warga mendapat beras JPS dalam bungkusan plastik seberat sepuluh kilogram dengan harga sepuluh ribu rupiah. Tapi nyatanya, beras itu cuma sembilan kilogram saja dan harganya tetap sepuluh ribu rupiah.

?Lurah seperti itu pada era reformasi ini harus dipecat!? tegas banyak pemuda.

Mungkin Lurah Suto akan mencoba membayar Dargo Golok untuk melindunginya! Sekarang ini, polisi dan tentara sudah netral. Hanya residivis macam Dargo Golok yang bersedia melindungi pemimpin yang dibenci rakyatnya! Itulah dugaan banyak orang.

Dan dugaan itu agaknya tidak meleset. Buktinya, setelah pulang dari rumah Lurah Suto, Dargo Golok langsung mengasah goloknya. Kemudian golok yang tampak sangat tajam berkilat-kilat itu dibawanya ke gardu. Bahkan, Dargo Golok berjalan berkeliling kampung dengan memegang goloknya, seolah-olah sedang mencari seseorang yang akan dianiaya.

Pemuda-pemuda langsung miris dan tidak berani lagi bergerombol mempergunjingkan kejelekan Lurah Suto. Mereka tidak mau cedera berat atau mati konyol.

Hari-hari selanjutnya, Dargo Golok selalu keluar rumah membawa goloknya. Bapak dan emaknya tidak berani menegurnya. Mereka tidak mau anak laki-lakinya itu mengamuk di rumah. Mereka sudah trauma. Dulu, mereka pernah menegur anak laki-lakinya itu agar jangan membawa golok, tapi Dargo Golok langsung mengamuk, memecah piring dan gelas dengan goloknya.

Gadis-gadis merasa ngeri setiap melihat Dargo Golok berjalan-jalan membawa goloknya. Bahkan, Ningsih, gadis manis yang selama ini sering disapa oleh Dargo Golok, dan banyak orang memperolok-olok sebagai pacar si residivis itu, juga amat ketakutan.

Malam itu, Dargo Golok datang di rumah Ningsih. Dia tetap membawa goloknya. Kedua orangtua Ningsih memilih sembunyi di belakang. Disuruhnya Ningsih untuk menemui tamunya itu sendirian di ruang tamu.

?Kalau kedua orangtuaku datang melamarmu, apakah kamu bersedia menerimanya?? tanya Dargo Golok dengan tersenyum dan mengelus-elus gagang goloknya.

Ningsih gelagapan. Tubuhnya menggigil ketakutan. Selintas ia membayangkan betapa ngerinya menjadi istri laki-laki yang brangasan itu. Dibayangkannya tubuhnya dicincang-cincang dengan golok, hanya karena tak mampu memuaskan laki-laki itu di meja makan atau di atas dipan.

?Katakan terus terang! Mumpung kedua orangtuaku belum kusuruh untuk datang melamarmu!? desak Dargo Golok sambil mengamati mata goloknya yang tajam berkilat-kilat.

Ningsih gemetaran. Lalu pingsan. Dargo Golok gugup dan berteriak memanggil kedua orangtua Ningsih.

Lalu kedua orangtua Ningsih tergopoh-gopoh keluar dengan tubuh menggigil. Dan ketika dilihatnya Ningsih tergolek pingsan di kursi, segera dibopong ke kamar tidurnya dan segera dibaringkan di atas dipan.

Dargo Golok merasa serba salah. Wajahnya tampak sayu. Ia ikut masuk ke kamar dan duduk di tepi dipan memperhatikan Ningsih yang terbujur lemas. ?Saya ingin melamarmu,? ujar Dargo Golok dengan suara berat.

Kedua orangtua Ningsih hanya mendengus panjang.

?Saya sangat mencintaimu,? Dargo Golok bicara lagi sambil memperhatikan wajah Ningsih yang tampak pucat pasi.

?Kami setuju-setuju saja, Nak Dargo,? tegas ayah Ningsih sambil tersenyum kecut.

?Kami kira Ningsih juga bersedia menjadi istrimu, Nak Dargo! Hanya saja dia mungkin kaget, karena Nak Dargo baru datang sekali ini dan langsung bilang ingin melamarnya!? lanjut ibu Ningsih.

Setelah sekitar lima menit tergolek pingsan, Ningsih siuman dan langsung bangkit dan mendekap emaknya dengan menangis terisak-isak.

Dargo Golok mendengus-dengus. ?Maafkan saya, Ningsih. Tapi sejak dulu saya sangat mencintaimu,? ujarnya dengan suara yang lembut. Lalu segera pamit pulang.

***

DARGO Golok datang lagi di rumah Ningsih. Tapi kali ini tidak membawa goloknya. Ia tak ingin gadis yang dicintainya itu ketakutan sampai pingsan lagi.

Ternyata Ningsih bersedia menemuinya dengan sikap manis.

?Bagaimana, Ning? Apakah kamu bersedia menjadi istriku?? Dargo Golok bertanya dengan suara yang lembut dan mimik yang ramah.

Ningsih mengangguk mantap. ?Tapi ada syaratnya, Kang!? ujarnya sambil tersipu-sipu.
?Syaratnya apa?? tanya Dargo Golok dengan tersenyum.

?Saya bersedia menjadi istrimu, kalau kamu bersedia mendukung pemuda-pemuda yang hendak unjuk rasa di depan pendopo kabupaten!? tutur Ningsih tegas.

Dargo Golok terpana. Wajahnya seketika redup. Napasnya tampak mendengus-dengus.

Ningsih merasa ketakutan. Tapi ia punya keyakinan bahwa laki-laki bertampang sangar itu benar-benar sangat mencintainya dan akan bersedia menuruti keinginannya.

?Bagaimana, Kang? Kamu bersedia memenuhi keinginan saya? Hanya itu saja keinginan saya! Saya tidak ingin macam-macam! Saya juga mencintaimu, Kang!?

Dargo Golok mendadak tersenyum. Lalu mengangguk mantap. ?Demi kamu, aku akan mendukung mereka yang mau unjuk rasa di kabupaten! Bahkan aku akan berdiri paling depan! Kalau Lurah Suto macam-macam, biar aku yang akan menghadapinya!? tegasnya sambil menepuk-nepuk dadanya.

Ningsih gembira mendengar penegasan calon suaminya itu. Lalu esoknya ia segera mengabarkannya kepada pemuda-pemuda tetangga dekatnya. Kemudian semua pemuda merasa gembira. Mereka yakin akan berhasil melengserkan Lurah Suto tanpa rintangan, karena Dargo Golok mendukung mereka.

Berita tentang Dargo Golok yang akan mendukung pemuda-pemuda berunjuk rasa di kabupaten, akhirnya sampai di telinga Lurah Suto. Lantas segera dipanggilnya lagi Dargo Golok untuk datang di rumahnya.

Dargo Golok segera memenuhi panggilan Lurah Suto. Ia membawa goloknya ketika datang di rumah petinggi desa itu.

?Anjing kamu, Dargo Golok! Dasar tolol! Pengkhianat!? umpat Lurah Suto dengan wajah merah padam dan mata mendelik.

Dargo Golok hanya tersenyum. Di ruang tamu itu cuma ada dia dan Lurah Suto.

?Kamu kan sudah kubayar setengah juta rupiah untuk melindungiku! Tapi mengapa sekarang ada berita kalau kamu akan mendukung pemuda-pemuda gila itu berunjuk rasa di kabupaten? Apa bayaranmu masih kurang?? bentak Lurah Suto sambil menggebrak-gebrak meja.

Dargo Golok mendengus lagi. Lalu menatap Lurah Suto dengan mendelik. ?Aku tidak akan bersedia lagi melindungi Lurah bejat seperti kamu!? geramnya.

Lurah Suto pun geram. Dan tiba-tiba telapak tangannya menampar pipi Dargo Golok. Plak!

Dargo Golok menyeringai. Darahnya mendidih. Dan secepat kilat goloknya berkelebat membabat leher Lurah Suto.

Seketika itu darah segar muncrat dari leher Lurah Suto. Lalu tubuh pemimpin desa itu ambruk tak bernapas lagi.

Sejenak Dargo Golok tersenyum dingin, lalu segera kabur.

Namun, esoknya, Dargo Golok sudah meringkuk di dalam sel tahanan. Ia menjadi tersangka utama pembunuhan Lurah Suto.

Ningsih datang menjenguknya. Gadis manis ini menangis melihat calon suaminya meringkuk di dalam sel tahanan. ?Maafkan saya, Kang! Saya tidak bermaksud menyuruhmu untuk membunuh Lurah Suto! Saya cuma ingin melihat kamu mendukung pemuda-pemuda yang mau berunjuk rasa di kabupaten! Saya tidak mau punya suami yang dibenci banyak warga desa karena melindungi Lurah Suto!? rintihnya.

Pemuda-pemuda desa juga berbondong-bondong menjenguk Dargo Golok. Mereka menyatakan terima kasih karena sekarang Lurah Suto sudah tewas. Mereka gembira dan menganggap Dargo Golok sebagai pahlawan reformasi di desanya.

Wajah Dargo Golok tampak dingin. Mulutnya bungkam saja. Ia merasa telah diperalat oleh Ningsih untuk menyingkirkan Lurah Suto. Ia merasa telah disingkirkan oleh gadis yang dicintainya itu dengan cara yang culas. Dan ia merasa telah menjadi korban intrik-intrik politik di desanya. Ia yakin, kini semua orang desa bergembira karena ia kembali akan menjalani hukuman penjara yang sangat lama.

Diam-diam, Dargo Golok mengancam. Kalau nanti Ningsih menikah dengan pemuda lain, ketika ia masih di dalam bui, maka setelah bebas nanti ia akan mencincang-cincang tubuh gadis itu dengan golok.

Begitulah. Ningsih memang segera melupakan Dargo Golok, bahkan kemudian menikah dengan pemuda lain. Dan ketika Dargo Golok bebas dari penjara, segera melaksanakan ancamannya.

?Dasar Dargo Golok!? komentar banyak orang setelah mendengar berita pembunuhan atas diri Ningsih yang dilakukan oleh Dargo Golok. Konon, jenazah Ningsih tercincang-cincang hingga menjadi serpihan kecil-kecil.

Selanjutnya, Dargo Golok dihukum seumur hidup. Tapi entah kenapa, ia bisa bebas lagi. Kini ia menjadi komandan satgas partai dan juga menjadi anggota tim sukses calon presiden.***

Pondok Kreatif, 200604

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *