http://www.suarakarya-online.com/
Doa I
doa mengabut asap
mengapung dalam udara serat
mencari nuansa sentuh NYA
di tikungan waktu
sirna belati pun batu
doa melubuk hening
memasir di dasar Sungai Hidup
meresap renung hakikat
di ruang tembus pandang
sirna pedang pun guncang
sempurna malam
sempurna angin
sempurna bisik syahdu batin
Doa II
doa menyusup senyap fajar
sebelum bangun suara adzan
sebelum dentang layar kaca
sebelum angin timur menyapa beburung
sebelum bangkit jiwa murka amuk masa
doa berdenyut sendiri
doa berdesir menari
tak gapura yang poranda
tak wajah lukisan darah
tak raga hilang bilang
sepi menyapa sepi
jauh dari patung tani
jauh dari pendar mercury
tiba-tiba hadir Engkau menyapa diri
Engkau ada, aku ada
sempurna dalam doa yang bunga
Perempuan dan Matahari
namanya perempuan
lengkap sempurna dengan tanda-tanda alam
perempuan airmata batu akik
keluh kesiur angin sepanjang gisik
menembang dari musim ke musim
namanya perempuan
pandang nerawang ngantar mentari senja
saat langit merah jingga
berjanji tak pernah henti
menimang matahari
sampai hutan ranggas hijau kembali
sampai orang agung tuntaskan doa Semanggi
lalu matahari merah simpan kidungnya
dalam lembayung senja silhuet cinta
matahari bertanya:
benarkah dalam kenangan ada segala
bahkan saat jiwa dalam gaib penjara
namanya perempuan
senja mulai sembunyikan bayangnya
semakin hitam menyatu tanah merdeka
semakin gelap diam-diam meditasi cinta
akhirnya mentari bersarang di dada
Catatan Yang Tertinggal
menghitung langkah ke langkah
memasuki ruang dan waktu
menata jejak ke jejak
menjadi peta perjalanan umur
tak peduli jaman tebar api
langit tebar hujan belati
ada bunga-bunga kecil
di beranda kehidupan
mekar wangi pagi senja
petik harumnya simpan dalam kalbu
jadi pengantar kidung persembahan
setiap purnama lingkar sempurna
sadarnya hadir di puncak musim
bukan lagi pasang teratak bicara-bicara
tapi melakukan yang bisa dilakukan
memasuki ruang dan waktu
Catatan Jam di Antara Hujan
I.
sebusur abad
seruas abad
tak lagi belenggu melekat
alihnya musim itu
selalu berupa nyanyian waktu
dalam nada-nada berat
garpu tala mengetuk lambat
pada sendi-sendi berkarat
o, detik-detik yang jimat
II.
sesosok bocah samar
menatap nanar dunia nyata
ingin memasukinya
niup terompet dan tawa bersama
juga ingin bisa jadi dewasa
menyapa alam dengan bahasa cinta
mencium bebunga menjelang senja
tapi entah apabila
sementara jam waktumanusia
memburu isi dunia
III.
kota raya tabur selaksa cahaya
makin benderang waktu ke waktu
gemerlap sayap impian urban
milik siapa sebenarnya?
milik kau, aku?
milik wajah-wajah tak terjamah?
melepas tanya ke udara
terjaring nyanyian sembilu
jangan mengeluh lagi, urbanis
atau jangan datang lagi nantang mimis
sebelum keburu hujan sembilu
Tentang Penulis:
Diah Hadaning tinggal di Cimanggis, Bogor. Karya-karyanya, baik puisi, cerpen maupun esai tersebar di berbagai media. Pendiri Warung Sastra Diha ini juga aktif se penggiat sastra Komunitas Dialog Jarak Jauh.