lampungpost.com
Tanggal Gugur
: seseorang yang memanggilku dinda
Kutandai tiap jengkal jejakmu sebagai musim gugur dalam duniaku
begitu sering detak waktu terasa diam ketika mata menatap tanggal-tanggal itu
tanggal gugur yang menjelma jadi derai-derai hujan pada matamu
jejak tak pernah ingkar pada musim
hingga musim dalam duniaku berganti lagi
tanggal-tanggal masih gugur
Palembang, 4 Oktober 2010
Belajar Mencintaimu
: kepada awan
Aku belajar mencintaimu seperti mentari belajar mencintai hujan
aku belajar menyayangimu seperti embun belajar menyayangi pagi
aku belajar merindukanmu seperti senja belajar merindukan fajar
bukan tak ingin memiliki rasa yang sama denganmu
rasa yang kau titipkan di beranda ruang hatiku beberapa waktu yang lalu
aku ingin kau jadi air
yang melubangi sedikit demi sedikit batu dalam hatiku
hingga batu itu lebur dan jadi keping-keping asa
: kau bilang itu cinta
aku ingin kau jadi angin
yang menggerakkan sayap-sayap hatiku
hingga aku bisa kembali mengudara, menjelajah taman yang kau tata dalam benakmu
: kau bilang itu taman cinta
aku ingin kau jadi candu
yang mengobati luka hatiku
hingga perih ini sembuh dan aku bisa lengkungkan senyum di bibirku
: kau bilang itu senyum cinta
aku hanya butuh waktu, kanda
hingga hati ini luluh
hingga luka ini sembuh
Palembang, 25 Oktober 2010
Sudahlah
: Akasia
Duniaku telah sepi sejak rama mati
maka jika kau menabur lagi sunyi
genap sudah kuhitung gerimis di senja hari
mungkin bagiku, tak kan lagi ada pagi
sudahlah!
biar kepingan sejarah saja yang bisa mengingatkanku akan hadirmu yang hanya sekejap waktu
seperti rama yang dulu pernah menitip lagu pada hujan di mataku
kemudian cepat berlalu
Palembang, 4 Oktober 2010
Mencintaimu
: dian
Di sudut terasing di suatu ruang dan waktu
aku bisa melihatmu
dan dari waktu ke waktu aku makin terbiasa melihatmu
lalu perlahan mencintaimu
entah sejak kapan
karena aku tak mengenal ruang dan waktu ketika itu
entah seberapa jauhnya jarak antara kau dan aku
hingga aku merasa tak mungkin kau bisa mendengar kata yang terlahir dari rahim bernama rasa
terkandung selama entah berapa lama
terkungkung dalam entah di ruang apa
aku hanya bisa mencintaimu dari jauh
ketika ruang tempatku merasa hidup dan ada, memberi udara sebagai nafas bagi rasa yang perlahan-lahan hadir dalam hatiku
aku hanya bisa mencintaimu diam-diam
ketika waktu hanya berdetak dalam kesenyapan antara kau dan aku
Suatu ruang, 7 Mei 2010
—
Laela Awalia, lahir di Natar, Lampung Selatan, 5 April 1986. Tergabung dengan Forum Lingkar Pena (FLP) Lampung sejak 2004. Karya-karya berupa puisi, cerpen, dan artikel dimuat di berbagai media dan antologi bersama.