Rumah Cinta
~ Met ultah Yank (16 Des) ~
entah sampai dimana buih-buih
kata-kata kita mengembara
mungkin serupa puisi
melangit bersama jiwa-jiwa
pencinta
di sini
di sebuah ruang dan waktu
yang entah
pernah kita berbincang
dalam derai tawa panjang
tentang rumah impian cinta
sebuah tempat teduh
sederhana
melingkar tak bersudut
serupa cincin tersematkan
dengan jari manis sebagai kaktus
pada taman bebunga ditengah-tengahnya
aku dan engkau menjadi kaca
saling bercermin dan menjaga
bukankah itu satu dari tak banyak
mimpi-mimpi kita tentang suatu masa
menanti kita menuju kepadanya?
akan kita bangun dia
persis serupa
tak kurang dan tak lebih
sedikitpun wujudnya
namun, entah sampai kapan buih-buih
kata-kata kita menjelma
serupa puisi mengangkasa bersama
para pencari menyelami nyeri
sedangkan jarak masih saja
menebar resah
membuat tabir pemisah
hingga hari-hari kita
ditingkapi rasa gelisah
dan bersalah
inilah sebuah jarak
menunggu kita pijakkan jejak-jejak kita
dengan hati bersenandung madah cinta
sebagai puisi perjalanan menuju takdir pertemuan
Desember 2008
Menugal Ladang Kerontang
ladang-ladang hati kami telah kering kerontang oleh kemarau tauladan panjang hingga dendang dendam ketidakadilan mengakar-tunggang menyulur menjalar meretakkan pilar-pilar.
kami tak pernah berharap lebih dengan turunnya deras hujan, hanya musim labuh dengan rinai yang rintik dan sengat matahari tak begitu terik pun kami syukuri agar kami dapat menugal ladang-ladang hati kami sendiri menyemaikan biji-biji harap masa depan sebagai zikir lelaku kami bersama dan atas nama Tuan kami.
namun labuh pun sering salah musim dan kami hanya bisa menyalahkan cuaca tanpa bisa berbuat apa-apa. kami hanya dapat mengeja ketika angin gemetar menebar benih-benih pedih setelah mereka menugal ladang-ladang malang kami.
lalu tersemailah tunas-tunas duka menggayut di lindap muka menyembul api dibalik dada sewaktu-waktu menyulut membakar ladang-ladang kerontang mengirim asap merintikkan mata.
begitulah berabad-abad telah lewat kami saksikan kepedihan dalam dendam sejarah selalu berdarah-bernanah oleh ulah tetua-tetua kami.
masa lalu telah mengajari agar kami harus kokoh dan tak boleh roboh menggenggam Tugal kami sebagai pegangan menyemai bibit kehidupan, pedoman tanwujud mengakrabi maut.
Gresik, 17 Desember 2008
Permainan Kata-Kata
~ Vony ~
sepanjang siang itu di British Council
kata-kata semakin melena-memencil
kita. kita adalah sepasang fatamorgana
bertabir mesra. bermuka-muka melupa
sisa-sisa perih luka dilubuk dada
bila engkau akhiri permainan ini, sayangku
kepada siapakah tawar tawa ini
aku ledakkan?
sesiang itu di British Council
aku mengkais-kais huruf-huruf
ingin kurangkai menjadi kunci
sebagai pembuka memasuki gerbang hatimu.
namun kata-kata telah membuih di hatimu
hingga kata-kata engkau lempar tiada jeda
mungkin sebuah kutukan
hingga kata-kata menjebak kita
menjadi permainan abadi
kita pun tetap menjadi sepasang
katamorgana
pada pucuk-pucuk kamboja bermekaran
gairah telah tetirah berteduh dibawahnya
tertatik-tatih mengubur sebuah nama
seringkali tereja terselip
diantara bayang-bayang realita
Nov – Des 2008
Setitik Penanda Yang Tak Kau Pahami
~ Nurma Santi ~
SELAMAT menjadi perempuan
sesungguhnya
perempuan yang dipuji-puja
seisi dunia
ketika sepasang bibir
mungil tak begitu
fasih memanggil-manggilmu:
Ibu, Ibu, Ibu !
kataku
kepada sebuah kenangan
yang hadir diam-diam
menerobos dari celah
masa silam
pada renyah tawa-candamu
pernah aku sembunyikan
beberapa sisa luka
di sini di hilir hati
memberimu setitik penanda
berharap diam-diam kita
membangun sebuah tangga
menerobos lorong
masa depan
dan di malam-malam
lelahmu, pernah
sungguh ingin ku serahkan
satu-satunya
hatiku
namun hari-hari terlewati
hanyalah perjumpaan
hanyalah keceriaan
berakhir kekecewaan
ketika harapan
tak juga datang
ah, hatiku yang tak mau
berbagi
ah, hatimu yang tak mau
mengerti
kita pun tak pernah menghapus
pada jejak-jejak yang tak pernah
kita pijak
kini aku hanya bisa berucap
SELAMAT menjadi perempuan
sesungguhnya
perempuan yang dipuji-puja
seisi dunia
November 2008
Kemana Cinta Bermuara
dalam deru laju keramaian
berkaca aku pada diri
gemuruh gaduh suara-suara
memeram tanya
sedangkan tanah-tanah retak
kehilangan humusnya
dan bunga-bunga liar pun
telah bosan menghias
pucuk-pucuk pokoknya
dan benarkah cinta telah
mengalir dari dada kita
entah kemana bermuara
ataukah dia pergi mewujud
menjadi jantung hati
selalu kita rindui
coleteh dan kebandelannya
Oktober 2008