Menjawab Pertanyaan Anak dengan Dongeng

Judul buku : Mengapa Manusia Tidak Melihat Dewa?
Pengarang : Made Taro
Tebal : 106 halaman+ix
Penerbit : Sanggar Kukuruyuk
Tahun terbit: 2010
Peresensi : Mas Ruscita
http://www.balipost.co.id/

BISAKAH dongeng menjawab pertanyaan-pertanyaan anak-anak jaman sekarang, yang makin kritis? Jawabnya bisa, asal yang mendongeng atau yang membuat dongeng punya jiwa kreatif seperti pengarang dongeng I Made Taro. Tetapi kalau ingin menjadi pendongeng yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan anak-anak, maka buku dongeng yang berjudul “Mengapa Manusia Tidak Melihat Dewa” karya I Made Taro bisa dipakai sebagai senjata. Dalam buku yang setebal 106 halaman ini, penulis menghadirkan 20 jawaban untuk 20 pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan oleh anak-anak yang kreatif kepada kita. Dari 20 jawaban, penulis seaakan mengajar pembaca untuk mencari jawaban-jawaban kreatif bagi pertanyaan-pertanyaan lain, yang agak masuk akal dan lucu. Kelebihan I Made Taro yang sederhana, tetapi kreatif dan kocak terlihat jelas dari caranya menjawab sebuah pertanyaan.

Memang ada 20 pertanyaan yang dijawab dengan dongeng oleh penulis. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah: Mengapa manusia tidak melihat Dewa, Mengapa Matahari dan bulan tinggal di langit, mengapa ada pelangi, mengapa pada waktu gerhana memukul kentungan, mengapa pohon beringin keramat, mengapa pohon “teep” tidak dimakan rayap, mengapa bamboo tutul tidak boleh dipakai sarana upacara, mengapa air laut asin, mengapa di Kalimantan tidak ada harimau, mengapa menaruh ayam kurungan di depan rumah, mengapa anjing bermusuhan dengan kucing, menagpa burung hantuimengeluh pada malam hari, mengapa kelopak mata Jalak Bali biru, mengapa kerbau menarik bajak petani, mengapa sapi tidak punya gigi, mengapa burung Kasuari tidak bisa terbang, mengapa puyuh tidak berekor, mengapa ekor kelinci buntung, mengapa unta berpunuk, mengapa ular berganti kulit?

Aryantha Soethama, pengarang dan budayawan dalam pengantar buku ini mengatakan, dalam buku ini Made Taro mencoba menyajikan jawaban-jawaban sehat, sehingga mata anak-anak yang menerima jawaban-jawaban berkejap-kejap karena takjub, dan kepala mereka manggut-manggut senang.

Unik

“Banyak jawaban yang disodorkan dalam buku ini unik, tidak terduga, sehingga kita yang dewasa menjadi tersenyum geli. Jika orang dewasa yang membacanya sampai tergelitik geli, anak-anak yang mendengar jawaban-jawaban versi dongeng kumpulan Made taro ini bakalan tertawa terpingkal-pingkal dengan telapak tangan menutup mulut seperti mengusir malu karena telanjur terbahak-bahak. Air mata mereka bakal mengalir karena tertawa lama-lama berderai,” ungkap Aryantha.

Apa yang dikatakan Aryantha tidaklah berlebihan, hal ini bisa dibaca dari 20 dongeng yang termuat dalam buku ini, semuanya memberi jawaban unik, yang tak masuk akal bagi orang dewasa, tetapi membuat kita tersenyum geli. Misalnya saja tentang pertanyaan “Mengapa matahari dan bulan tinggal di langit?” Untuk menjawab pertanyaan ini, penulis menceritkan saat sebelum manusia lahir, konon katanya, bumi hanya dihuni oleh air, matahari, dan bulan. Mereka dikatakan bersahabat, sehingga sering bertemu dan berbincang-bincang. Penulis kemudian menceritakan pada saat musim panas, matahari berkunjung ke rumah air, sedang bulan disuruh menjaga rumah. Matahari dan bulan katanya sering berkunjung ke rumah air, tetapi air tak pernah berkunjung ke rumah matahari dan bulan. Untuk menjalin persahabatan antara kedua keluarga, matahari dan bulan mengundang air untuk berkunjung ke rumahnya. Air ragu-ragu menerima undangan matahari dan bulan, karena ia khawatir rumah sahabatnya tak akan mapu menampung keluarga besarnya, istrinya, anaknya, cucu-cucu dan kerabatnya yang lain. Tetapi matahari bersikukuh mengundang air ke rumahnya, ia berjanji akan membuat rumah yang lebih besar agar bisa menerima kedatangan air beserta keluarga dan kerabatnya. Hari yang dinantipun tiba, air akhirnya menepati janji berkunjung ke rumah temanya matahari dan bulan. Tetapi matahari dan bulan tak menduga bahwa kunjungan air beserta keluarga dan kerabatnya akan menenggelamkan tempat tinggalnya. Matahari dan bulan merasa malu, tetapi juga tidak ingin tempat tinggalnya terendam air. Akhirnya diam-diam matahari dan bulan meninggalkan bumi, mereka memilih tinggal di tempat yang paling tinggi yang bernama langit. Dari langit kedua suami istri ini bisa melihat dengan jelas betapa banyakanya keluarga air, apalagi saat musim hujan.