Mau Apa Sebenarnya Ini
Kita disebut-sebut sebagai mahluk mulia
Istimewah daripada yang lain bahkan malaikat sekalipun
Padahal kita tak bersayap untuk terbang,
tapi kok ngotot ingin ke mana-mana
Ingin diundang ke kalangan-kalangan
Ingin dihormati
Dijunjung-junjungkan
Dibeliaukan.
Kita disebut-sebut sempurna
Kok malah mencari celah
Mencelah-celah yang belum tentu bersalah
Mau apa sebenarnya ini?
Dikasih roti kok mintanya daging
Dikasih daging malah dijual buat beli tanah, rumah,
lalu beli mobil lalu beli yang lain-lain.
Daging apa itu?
Kalau bukan daging manusia
darah manusia
keringat manusia, tenaga tetangga sendiri.
Sebenarnya mau apa ini, manusia kok mau segalanya
Apa-apa ingin dipunyai
Apa sudah punya cinta?
24 Januari 2011, warung kopi
Gelagau Itu Pecah Lagi
Kepada Sasmitha
Gelagau itu pecah lagi dihantam angin yang membawa butiran dendam
Pecah berderak berserakan lalu jatuh ke lantai
Berubah menjadi air
Mengalir memasuki lembah-lembah luka
Aku mengerang meremas dada
Sementara engkau biarkan saja itu
Terjadi!
Seorang perempuan dengan sehelai kain menghampiriku
Ia usap keringat di leherku
Ia tiup lembut lukaku
Ia pandangi aku
Aku menatapnya
Pantulan wajahnya jatuh bersama gelombang air mataku
Berulang dan berulang-ulang kali
Hinggga kain itu lembab
Antara hangat dan dingin
Perempuan itu mendamaikanku sementara
Kau telah berpaling
Menggenggam belati
Lalu jatuh lagi sebutir air mata
Ini untukmu Sasmitha.
24 Januari 2011, di atas meja makan
Membuatmu Tersenyum
Mimpiku membentur dinding malam lalu kembali ke dalam sukma
Ia memprotes; kenapa malam terkunci sementara pintunya tak bertali!?
Tiba-tiba bayangan tentangmu menggugatku
Dari depanku, dari belakangku, dan dari atas kananku
Menari-nari, bernyanyi-nyanyi menjerat mataku yang kian berkantung kantuk
Sesaat yang tak terduga jendela malam terbuka sedikit sekali
Lalu lekas sukmaku beranjak tapi tak sampai
Jendela terkatup rapat lagi diikat jeratmu
Kau jinakkan lagi aku bersama nyamuk yang menggigit di tengkukku
Nyamuk yang kebal lotion kebal asap
Sebab pabrik-pabrik kian jalang
Sebab jumlah nyamuk di negeri ini lebih banyak daripada jumlah buruh yang bekerja meramu racun nyamuk.
Sebab bayangan wajahmu lebih hebat menggigitku daripada nyamuk
Sementara dinding malam bertambah tebal
Kian menghimpitku
Dinding malam berubah menjadi kabut
Aku masuk tanpa sadar tak melalaui pintu atau jendelanya
Aku masuk bersama ingatanku pada suatu malam ketika kau bertanya; untuk apa aku mencintaimu.
Aku ingin membuatmu tersenyum, jawabanku pecah bersama kabut dan berubah menjadi mimpi.
24 Januari 2011
———–
Fikri MS, Lahir di Muara Enim, Sumatera Selatan, 12 November1982. sejak th 1998 melanjutkan pendidikan di Jombang, Jatim sampai lulus kuliah th 2008 S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP PGRI Jombang.
Berbekal pengalaman ‘main’ teater di Komunitas Tombo Ati (KTA) Jombang, Agustus 2008 mendirikan Sanggar Teater Gendhing (STG), mengelola kedai baca (Beranda), di kampung halaman sampai sekarang.