Diskusi Sastra Satellite Event Ubud Writers & Readers Festival 2011

Febby Fortinella Rusmoyo
http://www.kompasiana.com/febbyfortinellarusmoyo

Diskusi Sastra Satellite Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 kembali diselenggarakan di Pekanbaru, kali ini ini mengupas tema “Sastra Multikultural”. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 13 Oktober 2011, di Galeri Ibrahim Sattah, Kompleks Bandar Serai Pekanbaru. Hadir sebagai pembicara adalah dua orang penyair yang berasal dari negara yang berbeda, yaitu Sean M. Whelan dari Australia, dan Budy Utamy dari Indonesia, tepatnya dari Riau, dengan pembawa acara Refila Yusra (Komunitas Paragraf Pekanbaru) dan sebagai moderator sekaligus interpreter yaitu Febby Fortinella Rusmoyo (Komunitas Paragraf Pekanbaru).

Acara Satellite Event Ubud Writers and Readers Festival ini sendiri merupakan rangkaian dari keseluruhan acara Ubud Writers and Readers Festival yang sebelumnya telah diselenggarakan di Ubud, Bali, Indonesia pada tanggal 5-9 Oktober 2011. Sedangkan acara Satellite Event Ubud Writers and Readers Festival ini merupakan yang kedua kalinya diselenggarakan di Pekanbaru setelah sebelumnya pada tahun 2010 juga digelar di Balai Bahasa Riau, Universitas Riau, Pekanbaru, yang juga menghadirkan penulis-penulis dari luar negeri. Sama seperti tahun lalu, acara Satellite Event Ubud Writers and Readers Festival ditaja oleh Komunitas Paragraf Pekanbaru yang menaungi Sekolah Menulis Paragraf yang telah melahirkan banyak penulis muda berbakat di Riau ini.

Acara Ubud Writers and Readers Festival sendiri merupakan even internasional yang pada tahun ini telah diselenggarakan yang ke-8 kalinya. Visi dari festival sastra internasional ini adalah sebagai ajang untuk menciptakan even berkelas dunia yang membawa pemikiran paling brilian sekaligus paling beragam secara bersama di Bali. Even ini pada awalnya ingin mengembalikan pariwisata Bali setelah tragedi besar Bom Bali yang membuat para wisatawan mancanegara menjadi takut datang ke Bali sehingga menyebabkan perekonomian Bali yang sumber utamanya adalah dari pariwisata menjadi sempat turun drastis. Selain itu, even internasional ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dan potensi besar dalam menanamkan pemahaman lintas budaya, membangun hubungan yang lebih kuat antara penulis-penulis Indonesia dan internasional, meningkatkan harmoni dan rasa hormat antara kelompok etnis yang beragam di Indonesia melalui program-program sastra dan pendidikan yang memfokuskan pada perkembangan aksara dan intelektual.

Pada tahun ini tema yang diusung dalam Diskusi Sastra Satellite Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 adalah “Sastra Multikultural”, sejalan dengan visi dan misi Ubud Writers and Readers Festival itu sendiri. Pembicara utama dalam acara ini adalah Sean M. Whelan, yaitu seorang penyair asal Melbourne, Australia, yang telah menelurkan dua buku kumpulan puisinya yaitu Love is the New Hate dan Tattooing the Surface of the Moon. Sean sendiri memiliki latar belakang yang cukup unik karena selain sebagai penyair, beliau juga seorang DJ (Disc Jockey), bekerja di perusahaan rekaman, menulis skenario drama, dan juga mempunyai sebuah kelompok band bernama The Interim Lovers yang telah menelurkan satu album yaitu Softly and Suddenly pada bulan Oktober 2010. Beliau juga mengajarkan sastra di sekolah-sekolah, sebagai pengabdiannya terhadap bidang yang dicintainya ini. Beliau juga mempunyai sebuah program bernama Babble dan koordinator dari Liner Notes, yang keduanya merupakan program musikalisasi puisi yang rutin diselenggarakannya di kafe-kafe di daerah asalnya. Pembicara kedua yaitu Budy Utamy yang berasal dari Riau merupakan penyair muda Riau yang sudah sekitar 10 tahun berkecimpung di dunia sastra nasional. Karya-karyanya sudah banyak tersebar di berbagai media nasional, juga terangkum dalam antologi Kemilau Musim dan Pesona Gemilang Musim, serta juga telah memiliki buku kumpulan puisi dengan judul Rumah Hujan. Bersama dengan Marhalim Zaini, Hary B. Kori’un, dan Olyrinson, beliau mendirikan Yayasan Paragraf yang membawahi Komunitas Paragraf dan menggerakkan Sekolah Menulis Paragraf yang merupakan wadah bagi siapa saja yang mempunyai bakat, minat dan komitmen dalam bidang sastra untuk mengembangkan dirinya. Budy Utamy juga merupakan orang ketiga dari Komunitas Paragraf yang diundang ke Ubud Writers and Readers Festival setelah sebelumnya Marhalim Zaini (2007) dan Hary B. Kori’un (2010).

Peserta Diskusi Sastra Satellite Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 berasal dari berbagai kalangan seperti dari Balai Bahasa Riau, mahasiswa Universitas Riau, mahasiswa UIN Suska Riau, mahasiswa Universitas Abdurrab, perwakilan Forum Lingkar Pena (FLP) Pekanbaru, dan lain-lain, serta dari individu yang tertarik dengan bidang ini. Dalam diskusi ini, para peserta kebanyakan menanyakan tentang proses kreatif, bagaimana mengatasi kebuntuan dalam menulis, apa saja jenis-jenis puisi, bagaimana kesan-kesan para penulis dalam menghadiri acara Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Bali itu sendiri, dan khusus kepada Sean M. Whelan, mereka juga menanyakan bagaimana perkembangan sastra terutama puisi di negeri asalnya, Australia. Ternyata di Australia, keberadaan sastra tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, yaitu juga masih belum terlalu akrab bagi masyarakatnya, meski tidak semengenaskan sastra di Indonesia. Di sekolah-sekolah di Australia, pengajaran sastra di sekolah juga masih bersifat umum, namun murid-murid yang tertarik mendalaminya dapat mengambil pelajaran tambahan diluar jam sekolah dalam bidang ini. Selain itu, yang mungkin patut membuat kita sedikit “iri” terhadap mereka adalah adanya perhatian dari Pemerintah berupa bantuan dana bagi warganya untuk menerbitkan sebuah buku, menyelenggarakan even-even sastra, dan sebagainya. Kita tinggal mengajukan proposal permintaan dananya, dan Pemerintah akan bersedia memberikannnya, dengan catatan benar-benar dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Di negeri kita, mungkin sah-sah saja kita mengajukan permohonan bantuan dana, tapi mungkin persetujuannya ditangguhkan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Sebagai langkah untuk lebih memasyarakatkan sastra dan menyastrakan masyarakatnya, Sean dan komunitasnya disana juga intens mengadakan musikalisasi puisi di kafe-kafe, bahkan telah mengalbumkan musikalisasi puisi bersama dengan bandnya. Sebuah totalitas profesi yang pantas ditiru. Meski beliau sendiri mengaku bahwa pilihannya sebagai seorang penyair adalah karena baginya puisi merupakan bentuk tulisan yang paling murni. Kita tidak bisa kaya dengan menulis puisi. Mungkin kita bisa kaya dengan menulis novel, atau skenario, dan yang lainnya, tapi tidak jika hanya menulis buku kumpulan puisi. Butuh kolaborasi pekerjaan untuk itu dan itulah yang dijalaninya saat ini.

Acara langka seperti ini tentu seharusnya menjadi catatan yang patut digarisbawahi, mengingat tidak semua kota di Indonesia yang terpilih menjadi tuan rumah Satellite Event Ubud Writers and Readers Festival, dan pemilihan ini dilakukan langsung oleh Panitia Ubud Writers and Readers Festival. Semoga dalam Ubud Writers and Readers Festival 2012 nanti kembali akan ada penulis Riau yang terpilih kesana, sehingga acara Satellite Event Ubud Writers and Readers Festival juga dapat dilaksanakan kembali di kota kita tercinta ini, yang diharapkan dapat meningkatkan citra Riau, khususnya Pekanbaru di mata nasional dan internasional.

Acara langka seperti ini tentu seharusnya menjadi catatan yang patut digarisbawahi, mengingat tidak semua kota di Indonesia yang terpilih menjadi tuan rumah Satellite Event Ubud Writers and Readers Festival, dan pemilihan ini dilakukan langsung oleh Panitia Ubud Writers and Readers Festival. Semoga dalam Ubud Writers and Readers Festival 2012 nanti kembali akan ada penulis Riau yang terpilih kesana, sehingga acara Satellite Event Ubud Writers and Readers Festival juga dapat dilaksanakan kembali di kota kita tercinta ini.

19 October 2011
Dijumput dari: http://unik.kompasiana.com/2011/10/19/diskusi-sastra-satellite-event-ubud-writers-readers-festival-2011/