analisadaily.com
KRITIKAN tajam yang dilontarkan Guenter Grass kepada Israel dalam prosanya berjudul What Must Be Said membuat Peraih Nobel Sastra asal Jerman itu dikenakan persona non grata atau dilarang masuk ke negara Yahudi tersebut.
Larangan itu dikeluarkan otoritas Israel pada Minggu 8 Maret. Grass melalui tulisannya dinilai telah membuat hubungan kedua negara masuk ke dalam tahap yang “berbahaya”, bahkan jauh lebih berbahaya dari Iran.
“Jika Grass ingin menyebarkan karya-karya yang tidak masuk akal dan penuh dengan omong kosong, saya menyarankan dia untuk melakukannya dari Iran, tempat dia akan mendapatkan banyak dukungan,” ujar Menteri Dalam Negeri Iran Eli Yishai seperti dikutip Associated Press Senin, (9/4).
Grass yang telah hidup pada masa Nazi itu sebelumnya diketahui mengkritik Israel atas program nuklirnya yang dia disebut sebagai kemunafikan Barat.
“Mengapa aku bicara sekarang, bahwa kekuatan nuklir Israel sangat membahayakan perdamaian dunia yang sejatinya telah rapuh? Mengapa harus sekarang aku berkata, karena mungkin besok sudah terlambat,” kata Grass dalam puisinya
“Juga karena kita — sebagai orang Jerman telah cukup dibebani — sebagai subkontraktor kejahatan di masa depan.” Dia menambahkan, sejarah kelam Nazi dan Holocaust tidak jadi alasan untuk warga Jerman tetap diam, membiarkan Israel merajalela dengan senjata nuklirnya.
“Aku tak akan tinggal diam, karena aku bosan dengan kemunafikan Barat,” kata penulis novel “The Tin Drum”, yang mencatat kengerian sejarah Jerman pada abad ke-20.
Pria berusia 84 tahun itu juga menyinggung sikap bermusuhan Israel dengan Iran yang dinilainya dapat menjadi ancaman bagi perdamaian dunia yang saat ini sudah rapuh.
Pernyataan Grass dalam tulisannya itu pun dianggap turut menyinggung beberapa isu paling sensitif bagi Israel yakni tragedi Holocaust, program nuklir Iran dan program nuklir Israel sendiri yang disinyalir telah menghasilkan bom atom.
Sastrawan peraih Nobel 1999 itu menyerang Israel, dengan mengatakan negeri zionis tersebut adalah ancaman perdamaian dunia. Dia juga mengatakan, tak seharusnya Israel diberi kesempatan untuk melancarkan serangan terhadap Iran. Seperti dilaporkan Associated Press dalam sebuah prosa yang dilansir koran Jerman Sueddeutsche Zeitung, Grass menyinggung pembelian kapal selam berenergi nuklir “Dolphin” milik Jerman oleh Israel pada 2011 lalu.
Menurut Grass tindakan itu berarti mengirimkan semua hulu ledak ke tempat di mana keberadaan bom atom sendiri tidak pernah terbukti.
Kapal selam “Dolphin” yang dibeli Israel itu diketahui memiliki teknologi yang cukup canggih. Kapal selam jenis ini diketahui dapat berada di bawah air dalam jangka waktu yang cukup lama dan memiliki kemampuan untuk menembakkan senjata nuklir.
Israel secara luas dianggap menjadi pemilik senjata nuklir satu-satunya di Timur Tengah. Pemerintahnya tak membantah, atau mengkonfirmasi tudingan itu. (ic/bh)
/10 Apr 2012