KURT GODEL: DASAR MATEMATIKA DAN LOGIKA ADALAH INTUISI


[Foto: Kurt Godel dan Albert Einstein tengah berjalan dan berbincang di halaman Universitas Princeton, USA]
Ahmad Yulden Erwin *

“Saya tak meletakkan iman saya pada ilmu alam.“ Begitu kata Kurt Godel, seorang logikawan dan matematikus yang dikagumi bahkan oleh seorang Albert Einstein. Uniknya, Kurt Godel sendiri, tidak seperti umumnya ilmuwan fisika yang atheis atau agnostik, adalah seorang religius dalam arti konvensional. Ia memeluk agama kristen hingga wafatnya.

Adalah aib, mungkin juga semacam ironi yang tak dikehendaki, bagi kalangan ilmuwan modern pada awal abad ke-20, khususnya ilmu alam, mengetahui fakta bahwa salah satu teori sains terbesar di dunia justru diciptakan oleh seorang ilmuwan yang menjadi pemeluk teguh satu agama konvensional. Meski demikian Teori Ketaklengkapan yang dipublikasikan oleh Kurt Godel pada tahun 1931, sampai sekarang masih dianggap sebagai karya sains terbesar pada abad ke-20, di samping Teori Relativitas karya Albert Einstein dan Teori Ketakpastian karya Werner Heisenberg.

Sebuah jurnal sains pernah menempatkan Kurt Godel pada urutan pertama dari 100 matematikawan terbesar sepanjang sejarah karena temuannya tentang Teori Ketaklengkapan. Selain itu, salah satu dilema matematis yang dihadirkan oleh Kurt Godel yaitu “Problem Alogaritma P=NP“ masih merupakan satu dari enam problem matematis yang belum terpecahkan hingga saat ini.

Teori Ketaklengkapan dari Kurt Godel telah mematahkan ambisi para ilmuwan dunia untuk mencipta sebuah Teori Segalanya. Godel lewat teorinya itu telah membuktikan sebuah teori sains tak bisa konsisten sekaligus lengkap (berlaku untuk semua teori lainnya). Dasar dari matematika, termasuk juga ilmu-ilmu alam, sesungguhnya dibangun secara intuitif–sama seperti keyakinan religius. Tak ada dasar universal bagi sains, sebab dasar itu pada faktanya dipilih secara intuitif oleh para ilmuwan.

Teori Ketaklengkapan Godel ini juga yang membuat Stephen Hawking meninggalkan Theory of Everything dan membuat hipotesis baru dalam kosmologi kuantum, yaitu: M-Theory. M-Theory dari Stephen Hawking menyatakan bahwa ada banyak jagad raya (jagad paralel) yang memiliki hukum alamnya sendiri-sendiri. Tak ada satu hukum alam universal di dalam satu jagad raya tunggal. Jelas sekali bahwa basis hipotesis dari M-Theory adalah berasal dari Teori Ketaklengkapan Kurt Godel.

Para ilmuwan besar dunia selalu hati-hati, mungkin juga bergidik, bila menyebut nama Kurt Godel. Sosoknya seperti hantu yang mematahkan optimisme objektivitas dan universalitas dari ilmu alam dan menempatkannya setara dengan mitos. Sampai sekarang Teori Ketaklengkapan dari Kurt Godel belum bisa dibuktikan salah dan berarti masih berlaku sebagai aturan dasar yang membentuk bahkan Teori Relativitas Umum Albert Einstein dalam kosmologi dan Teori Ketakpastian Werner Heisenberg dalam fisika kuantum.

Kurt Godel bukan hanya seorang matematikawan, ia juga seorang pakar logika modern yang meletakkan dasar bagi bahasa pemprogaman komputer saat ini. Problem Alogaritma P=NP yang dilontarkannya menjadi pemicu bagi ilmuwan komputer untuk mencipta teknologi informasi, termasuk artificial intelegency (AI) yang sekarang tengah menjadi trend dunia sains kontemporer. Tanpa Kurt Godel sulit membayangkan akan ada kemajuan dari pemprogaman kompleks seperti dunia internet dan jejaring sosial saat ini.

Esai @2015
______________________
*) Ahmad Yulden Erwin lahir di Bandar Lampung, 15 Juli 1972. Ia telah menerbitkan kumpulan puisi “Perawi Tanpa Rumah” (2013), “Sabda Ruang” (2015), “Hara Semua Kata” (2018) “Perawi Tanpa Rumah (Edisi revisi, 2018), “Perawi Rempah” (5 besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2018).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *