dan beranda pun kosong
dari segala grafiti,
dari sekadar tanda benci
seakan dinding bui
yang dibersihkan dari memori
seperti dinding bangsal
rumah sakit tua yang
dirobohkan jelang dinihari
tapi seperti semua tragedi
atau prahara yang paling ngeri
kau tahu, cinta lebih keras hati
dari daftar nama orang mati,
dari jerit sesayup sampai nanti
toh, ini bukan cerita genosida
atau pembungkaman ideologi
hanyalah ingatan bengalmu
tentang seseorang yang
terus menyangkal diri
lantas kau terkenang pada
sebuah novel pop lama
yang menguning di laci
Palembang, Maret 2020
SAJAK ORANG HILANG
/1/
seorang menghilang dari
dinding facebook, dan
mungkin takkan kembali
lalu kau bayangkan luka
di tembok sarajevo
dengan cemas memanjang
semisal harapan yang rekah
di musim pandemi
seorang menghilang dari
dirinya sendiri, dan mungkin
tak kunjung pulang lagi
sampai kau menatap sosok lain
yang hampir luput kau kenali
di muka cermin buram
yang seolah enggan
memantulkan bayang-bayang
hatimu yang tak pernah sangsi
/2/
di dinding itu, sunlie
tak lagi terdengar gumam
juga semacam pisuh atau
kesah dan dendam yang nyeri
lalu kau andaikan saja tembok ratapan
yang mendadak sepi dari pendosa
sebelum doa pagi, sebelum matahari
tapi seperti rumah, barangkali cinta
bakal temukan jalannya untuk kembali
kau mengingat rindu para pengungsi,
termasuk mereka yang
akhirnya mati, dalam mimpi
dalam bisik-bisik sedih
Palembang, Maret 2020
____________________
Sunlie Thomas Alexander memiliki nama lahir Tang Shunli, (lahir di Bangka, Kepulauan Bangka-Belitung, 7 Juni 1977), sastrawan berkebangsaan Indonesia keturunan Tionghoa. Ia dikenal melalui karya-karyanya berupa cerpen, puisi, esai, kritik sastra, catatan sepak bola, dan ulasan seni yang dipublikasikan di berbagai surat kabar serta jurnal yang terbit di Indonesia dan di luar negeri: Kompas, Jawa Pos, Koran Tempo, Media Indonesia, Horison, Suara Merdeka, Jurnal Cerpen Indonesia, Jurnal Poetika, Kedaulatan Rakyat, DetikSport, Jurnal Ruang, Gong, Lampung Post, Bangka Pos, Hai, Nova, Hakka Monthly, dll. Tahun 2016, menerima beasiswa residensi penulis di Taiwan dari Menteri Kebudayaan Republik China Taiwan, dan tahun 2018 menerima beasiswa residensi ke Belanda dari Komite Buku Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.