Puisi Dwi Yayuk, D. Atika Pramono, dan Nurruli FR

BAHWA KAU ADALAH
Dwi Yayuk

Sejauh kaki melangkah
pergi
Sebesar usaha terlaksana
hadir
Sedalam mungkin
menguburnya.
Semua,
berujung sia-sia…

Memori tentang kita
selagi masih bersama,
selalu teringat kembali
tanpa perasaan bersalah.

Seribu tangisan dalam diam
sejuta kesedihan terbawa gumam,
hanya kau, tergambar dalam angan
enggan menghilang barang sejenak.

Padahal kata “kita,” memang telah tiada…
bahkan hubungan serius belum terlaksana.

Namun diri ini sadar, bahwa kau adalah
kenangan yang membekas terlalu dalam
membuat pintu hati enggan terbuka lagi,
untuk seseorang pun yang menggantikan.

Kau yang pertama. Sayang…
Tuhan tak mengizinkan
menjadi yang terakhir.

MELUPAKAN TUGAS HARIAN
D. Atika Pramono

Kau belum meninggalkan dermaga,
belum mengangkat sauh memberi tanda
masih bersandar nyaman di sudut ingatan.

Kemarin sore,
aku sudah bersihkan rumah laba-laba di sana,
subuh tadi, kulihat mereka kembali merangkai

Aku sibuk merusak jerih payah mereka lagi
demi membebaskan ingatan serta anganku
dari suara napasmu menjadi bukan diriku
demi dirimu
yang gagal berlayar di gigil dini waktu.

Pagi ini
kutemukan aku, tidur terlelap
berselimut rumah laba-laba.
Mendekap aroma tubuhmu,
hangat wangi hingga terlupa
tidak merampungkan tugas
: tugas harian kemarin pagi.

BERSABAR
Nurruli FR

Telah digariskan
sebelum kupu-kupu
terbang indah dengan sayap-sayapnya
ikhlas bersabar dalam kepompongnya.

Sebelum bunga mekar kelopak cantiknya
dia ikhlas dan bersabar dalam kuncupnya.

Sebelum purnacandra pada kepurnaannya,
dirinya rela dengan tabah dalam sabitnya.

Alam mengajari, rosul menjadi teladan
kitab-kitab Ilahi menjelma tuntunan.

Meski tak kan mencapai purna
walau hanya setetes air samudra
percayalah pertolongan-Nya nyata.

***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *