SHOCK TERAPI BAHAGIA

Anton Wahyudi *

DI DEPAN RUMAH, tepatnya di depan parkiran mobil saya, ada plakat besar bertuliskan “Gg. BAHAGIA”. Hampir setiap hari saya menjumpainya, membacanya, lalu secara spontan pada akhirnya saya tersenyum bahagia. Saya akan membaca terbiasa tulisan itu tatkala tengah asyik memanasi mesin mobil, mesin motor, sesekali sepeda ontel, sebelum bergegas melangkah keluar rumah atau bekerja. Atau, saya akan membacanya secara jeli (lebih dekat dengan mata) tatkala saya tengah asyik memarkir mobil –maju-maju mundur cantik– ke parkiran halaman depan rumah. Begitulah adanya.

Peristiwa semacam ini sudah pasti hampir saya lalui setiap hari, tanpa tendensi, hingga pada akhirnya menjadi sesuatu yang tidak asing atau langka bagi saya. Melainkan, sudah menjadi rutinitas dan laku gerak tubuh saya dalam menjalani hidup sehari-hari. Oh, sungguh so sweet.

Kalau sudah begitu tentunya kata “BAHAGIA” lah yang akan selalu terpatri, menyelip, lalu sesegera mungkin berkecamuk di kepala saya tatkala usai membacanya. Lalu, saat itulah akan sering muncul, membayang-bayang, beberapa pilihan kalimat secara seketika di atas kepala. Kalimat yang sepertinya biasa dan itu-itu saja. Atau, sesekali akan muncul kalimat-kalimat nakal baru lainnya. Kalimat-kalimat seperti “Apa sih artinya bahagia?”, “Hahaha saya bahagia”, “Saya akan bahagia”, “Apakah saya sudah bahagia?”, “Bagaimana ya kabarnya bahagia?”, “Di mana sekarang bahagia berada?”, “Mengapa harus bahagia?”, Dari mana asalnya kata bahagia?”, “Semoga hari ini semuanya bahagia”, dan lain sebagainya.

Saya katakan kata bahagia itu benar-benar berkecamuk di kepala. Pasalnya, tiap hari khan seseorang belum tentu selalu atau bisa bahagia. Termasuk mungkin saya, yang sangat akrab atau bersahabat dengan kata bahagia. Ada kalanya hari ini bahagia, adakalanya hari ini susah-sedih-atau merana, adakalanya Minggu depan saya akan sangat bahagia, adakalanya tahun depan atau lima tahun ke depan saya akan sangat berbahagia, dan lain sebagainya. Wallahu alam. Hanya Tuhan Sang Pemilik semesta alam raya inilah yang tahu segalanya.

Tetapi, secara personal saya teramat bersyukur setiap hari bisa membaca atau sekedar memandang mesra kata bahagia itu di depan rumah. Mengapa? Lantaran kata itu selalu menghipnotis, menjadi shock terapi psikologis, agar saya selalu bahagia. Hahahaha. Tidak percaya? Buktikan sajalah! Coba saja tulis kata bahagia, lalu letakkan tulisan-tulisan bahagia itu di sudut-sudut ruang rumah yang kalian punya. Pasti kalian akan mendadak menjadi manusia bahagia.
***

Ohya, tentunya jika berbicara tentang kata bahagia atau kebahagiaan, hati kecil dan pikiran saya langsung tertuju pada buku-buku yang saya punya. Beberapa buku yang judul dan isinya saya katakan erat sekali dengan urusan bahagia.

Pertama, buku anak, sejenis buku dongeng atau fiksi petualangan berjudul “Ramuan Pembuat Bahagia” yang ditulis oleh L. Irene Astrid Pratiwi pada tahun 2011. Sebuah buku anak yang bagi saya menarik untuk dibaca, baik dibaca bagi kalangan anak-anak maupun kalangan dewasa. Buku dongeng yang bisa saya katakan seperti cerita petualangan dan berisi 100-an halaman ini sangatlah unik, lucu, dan inspiratif. Buku ini sarat akan pesan-pesan edukatif, menyentuh, dan bisa menggugah hati para pembacanya. Terkhususnya akan membahagiakan hati anak-anak yang usai membaca isinya.

Dalam ingatan saya buku tersebut menceritakan tentang tokoh anak laki-laki yang sangat pintar. Usianya masih terbilang sangat muda belia, berusia 10 tahun. Anak laki-laki itu bernama Chris. Chris mempunyai kegemaran berhadapan dengan soal-soal berhitung dan mempelajari tentang Ilmu Pengetahuan Alam. Chris juga sangat menyenangi tantangan, terutama tantangan riset, penelitian, atau bereksperimen.

Sayangnya di dalam cerita itu Chris termasuk anak yang dikategorikan sangat sulit bergaul dan selalu menganggap bahwa dirinya sama sekali tidak merasa senang dengan semua kepintaran yang tengah dimilikinya. Dalam keseharian ia selalu sering diejek teman-teman di sekitarnya, dikatakan sebagai anak kutu buku yang aneh. Didukung lagi dengan tampilan rambut cokelatnya yang terbilang sangat kaku dan teramat sulit ditata, selalu memakai kaca mata hitam besar bulat yang ukurannya kebesaran, dan selalu membawa sebuah buku sebagai teman setia yang menemaninya ke mana pun perginya.

Pada suatu waktu tertentu, Chris pergi ke perpustakaan. Tepatnya menuju ruang atau bagian buku yang berisi tentang ilmu pengetahuan alam. Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah buku berwarna merah yang diletakkan di rak paling bawah. Menariknya, dilihatnya ada lempengan berwarna emas yang melilit di sudut-sudut sampulnya. Pada sampul lempengan itu tertulis jelas: “Resep Pembuat Bahagia”. Tiba-tiba ada sesuatu yang begitu mengagetkan dirinya. Ia melihat ada semburan asap yang keluar dari dalam buku itu.

Buku setengah terbuka itu membuat Chris secara spontanitas menjatuhkannya, karena kagetnya seketika. Sekejap Chris pun terbatuk-batuk di balik asap yang makin lama makin mengepul atau banyak keluar dari buku itu. Asap yang sejatinya keluar bersama serpihan-serpihan yang kelihatan seperti gliter berwarna-warni. Alamak, ternyata keluarlah Si Laman, peri buku lucu, pintar, dan menggemaskan berukuran kecil atau setelapak tangan yang langsung menyapanya.

Terjadilah percakapan menarik antara Chris dan Si Laman. Chris meminta bantuan agar dirinya bisa bahagia, lantaran dalam keseharian Chris merasa tidak bahagia, walaupun pada dasarnya ia sebenarnya tidak mnyadari mempunyai teman baik, ceria, dan banyak dikenal guru-guru sekaligus teman-teman di sekolahnya. Teman yang baik dan sangat dekat Chris itu bernama Nancy. Di dalam cerita Chris mempunyai ayah yang berprofesi sebagai seorang pengacara, sedang ibunya seorang reporter. Keduanya jarang di rumah dan sangat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Termasuk kakaknya, yang sangat asyik dengan kesibukannya sendiri. Sehingga di rumah Chris hanya sering bertatap muka dengan dua adik kecilnya yang selalu dilihatnya juga tampak bahagia.

Ada satu sosok yang sangat dibenci Chris. Sosok itu bernama Anton. Di sekolahnya, Anton dikenal sebagai siswa yang paling bandel dan ditakuti siswa-siswa yang lainnya. Lantaran Anton mempunyai geng atau anak buah siswa-siswa yang nakal lainnya. Penampilannya acak-acakan dan selalu mengganggu Chris dengan cibiran-cibiran. Pernah pada suatu waktu Chris mencoba melawan, akan tetapi malah didorong Anton hingga tercebur selokan. Bajunya basah kuyup lalu ia lari tunggang-langgang pulang ke rumah. Saat di rumahnya itulah ia akan langsung masuk ke kamar spesialnya. Kamar spesial yang di pintunya ia tulisi dengan tangan: “My Room My Kingdom”. Saat sudah berada di kamar spesialnya itulah Chris akan senang dan merasa nyaman.

Saat bercakap-cakap dengan Si Laman secara spontan Chris meminta bantuan kepadanya. Meminta bantuan cara agar bisa bahagia. Maka, Si Laman pun hanya bisa menyarankan agar Chris membaca buku yang dipegangnya. Lantaran di dalam buku berjudul “Resep Pembuat Bahagia” yang dipeganginya itulah terdapat bermacam-macam resep yang bisa langsung diracik atau diolahnya. Dengan cepat Chris mempraktikkan salah satu resep di dalamnya. Resep itu berjudul “Pertukaran Hidup” dengan menempelkan satu foto orang yang dipilihnya ke dalam buku.

Ternyata foto yang dipilih dan ditempelkannya adalah foto Nancy. Keesokan harinya ada peristiwa yang berubah drastis pada dirinya. Tiba-tiba ayah ibunya mengajukan cuti kerja dan ingin bercengkerama dengan mengajak anak-anaknya pergi nonton bioskop bersama, termasuk mengunjungi tempat-tempat lain untuk mendapatkan kebahagiaan bersama. Begitupun juga dengan kakaknya yang seketika berubah perhatian kepadanya dengan mengantarkan Chris berangkat ke sekolah dengan mobil sportnya. Termasuk Si Anton dan geng nakalnya yang secara spontan mengajak berteman sekaligus meminta duduk di sampingnya saat di dalam kelas.

Akan tetapi, dalam sekejap ada yang berubah drastis pada Si Nancy. Dia menjadi sosok yang terabaikan tidak diperhatikan, dan sosok yang dicemooh teman-temannya. Utamanya menerima cemoohan-cemoohan dari Si Anton. Saat situasi inilah Chris merasa kasihan dan merasa iba kepadanya. Maka ia barulah menginginkan kepada Laman agar pertukaran hidup kembali seperti sedia kala. Chris barulah menyadari tentang arti persahabatan dan menyadari bahwa persahabatan adalah kebahagiaan yang tidak bisa ternilai harganya.
***

Kedua, saya pun teringat pula dengan buku berjudul “Berbahagialah” yang ditulis Didi Junaedi tahun 2013. Sebuah buku inspiratif yang menyoal tentang pesan-pesan Al Qur’an dalam menghadapi kebahagiaan yang hakiki. Sebuah buku yang menuntun kepada setiap para pembacanya tentang satu pertanyaan penting yang harus dijawab seketika: “Apa sesungguhnya yang dicari manusia dalam hidup ini? Kekayaan? Popularitas? Kedudukan? Jabatan? Kehormatan? Kesenangan? Ataukah hal-hal duniawi yang lainnya?”

Tentunya, jawaban atas satu pertanyaan itu bisa bermacam-macam. Akan tetapi, hanya ada satu hal atau jawaban yang sangat pasti diinginkan setiap orang dalam hidupnya. Satu jawaban itu adalah kebahagiaan. Dan untuk mendapatkan atau mencapai kebahagiaan itu setiap orang tentunya akan memiliki cara-cara tersendiri dan pastilah berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Di dalam buku sederhana inilah pesan-pesan Al Qur’an untuk bisa meraih kebahagiaan hakiki diuraikan oleh penulisnya. Mulai dari pesan-pesan Al Qur’an sebagai penawar hati yang resah, jiwa yang gundah gulana, maupun batin yang gelisah tatkala bahagia yang didamba-damba tak kunjung datang menyapa. Tentunya, tidak hanya sekedar kebahagiaan di dunia yang fana saja, melainkan juga kebahagiaan hakiki yang didambakan di akhirat nanti.

Buku “Berbahagialah” ini saya katakan menarik dan sangat menginspirasi. Hal ini dikarenakan pesan-pesan Al Qur’an untuk menggapai kebahagiaan yang disuguhkan kepada pembacanya diuraikan dengan subbab yang saling berkaitan. Kebahagiaan yang bisa diraih mulai dari Meniti Jalan Takwa, Sabar, Syukur, Silaturahmi, Mencari Wasilah-Wasilah, Menjauhi Lingkaran Setan, Keutamaan Zikir, Menjauhi Prasangka-Prasangka, Mencintai Diri-Sesama-Sekaligus Tuhan Pencipta Semesta Raya, Berbagi Kebahagiaan, Keharusan Untuk Bisa Memaafkan Kesalahan, hingga pesan Berserah Diri (Ridha) kepada Tuhan.

Salah satu contoh konkretnya adalah pesan tentang menikmati setiap momentum dalam kehidupan. Hal ini dikarenakan satu hal yang sering kita lupakan dalam menjalani kehidupan adalah menikmati momen-momen. Lantaran alasan-alasan klise seperti sibuk, tidak sempat, tidak pernah terpikirkan, terburu-buru, ribet, susah, dan sederet alasan-alasan lainnya seringkali kita melewatkan momen-momen tanpa makna. Padahal, jika kita mau sedikit bersabar untuk meluangkan waktu sejenak menikmati setiap momentum yang kita jalani pastilah kita akan lebih bisa bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Nya yang luar biasa. Pada gilirannya hal seperti itulah yang akan membuat kita bahagia.

Ketika kita makan misalnya, seringkali kita hanya sekedar menyantap makanan tersebut sampai habis. Setelah rasa kenyang memenuhi perut, kita pun menghentikan aktivitas makan kita. Begitu juga halnya ketika kita sedang minum. Kita seolah-olah sekedar menghabiskan segelas atau dua gelas air, kemudian setelah rasa haus itu berkesudahan atau hilang dari tenggorokan kita, maka kita pun akan menyudahi aktivitas minum tersebut. Pada akhirnya aktivitas makan dan minum yang kita lakukan hanya sebatas rutinitas tanpa makna dan nilai.

Padahal, jika aktivitas makan dan minum itu betul-betul kita nikmati sungguh-sungguh, maka pastilah akan terasa besar karunia rezeki Tuhan Sang Pencipta yang sudah diberikan kepada kita. Ketika kita makan cobalah kita rasakan dan nikmati prosesnya. Proses mengunyahnya, proses menghancurkan, melumat, serta menelan makanan secara perlahan-lahan ke dalam mulut kita. Inilah satu contoh pesan tentang nikmat kebahagiaan yang lahir dari rasa syukur terhadap momentum. Begitu juga saat-saat menikmati dan mendedah makna atau nilai dari proses seperti bernapas, berjalan, bangun dari tidur, bekerja, dan lain sebagainya. Dengan demikian, kita akan tersadar bahwa bahagia sangat dekat dengan kita dan bisa terlahir atau hadir di mana-mana.
***

Ketiga, ada buku yang saya punya dan saya katakan menarik tentang kisah bahagia. Buku itu berjudul “Tangan Yang Dicium Nabi: 55 Kisah Rahasia Bahagia”. Buku yang ditulis oleh Yoli Hemdi, salah satu putra Minang yang tidak asing lagi dalam dunia tulis-menulis. Utama tulisan-tulisan yang erat kaitannya dengan persoalan agama, rumah tangga, wanita, anak-anak, kaum remaja, dan lain sebagainya.

Buku tentang kebahagiaan ini saya katakan sangat menarik lantaran bisa mengajak para pembacanya untuk berkelana dari kisah satu ke kisah-kisah yang lainnya. Setelah itu, kita akan diajak untuk merenung sekaligus bercermin atau menatap diri atas pengalaman-pengalaman bahagia dari perjalanan hidup orang lain. Lalu, secara perlahan-lahan kisah-kisah itu akan merasuk kalbu dan kita sendirilah yang akan memahami makna syukur tentang banyak hal yang sudah kita miliki.

Yang menarik dari buku ini adalah satu pertanyaan yang diajukan penulis kepada pembacanya. Satu pertanyaan yang membuat pembacanya berpikir tentang peristiwa-peristiwa tentang kesebalikan. “Apakah pernah terjadi sebaliknya: suami mencium tangan istri, ayah mencium tangan anak-anaknya, majikan mencium tangan bawahannya, pemimpin atau raja mencium tangan rakyatnya, dan lain sebagainya?” Dah Rasulullah SAW pernah melakukannya. Dengan tulus dan penuh kasih sang nabi utusan Allah SWT ini mencium tangan orang biasa. Tentunya kita bisa sejenak terperangah tentang kisah tersebut lalu memaknai tentang arti kebahagiaan yang sesungguhnya.

Tentunya 55 kisah di dalam buku ini memberikan pijar nyala pada pikiran dan hati kita seusai membacanya. Terlebih lagi 55 kisah itu dibagi atau dikelompokkan lagi menjadi tiga subbab yang saling berkaitan. Subbab satu tentang “Racun Perusak Kebahagiaan”, subbab kedua tentang “Jalan Meraih Kebahagiaan”, dan subbab ketiga tentang “Keajaiban Bersama Kebahagiaan”.

Dan yang paling menarik adalah seluruh kisah bahagia itu disisipi hikmah-hikmah yang menguatkan hati para pembacanya. Hikmah-hikmah di balik cerita sebagai pengikat dan penguat kebahagiaan kita yang sudah tuntas membacanya. Misalnya kisah bahagia dan hikmah cerita kesembilan yang berjudul “Perawat Dikejar Hantu”. Maka dalam kisah itu seseorang yang bisa memperoleh kebahagiaan harus bisa menghadapi masalah dengan akal sehat dan menjahili segala prasangka, mampu mengoreksi diri sendiri (instrospeksi) sebelum menyalahkan orang lain, dan tentunya seseorang yang ingin bahagia haruslah bisa membangun imajinasi-imajinasi yang positif dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Atau, kisah bahagia kesepuluh yang berjudul “Menjadi Korban Gosip”, yang menekankan makna, nilai, atau hikmah bahwa seseorang yang dikatakan bahagia adalah mereka-mereka yang mau mengajukan permohon maaf jika salah sekaligus mau memaafkan jika hatinya dilukai. Oleh karena, sejatinya meminta maaf dan mau memaafkan adalah salah satu upaya untuk melepaskan beban batin sekaligus sebagai wujud bahwa sejatinya manusia tidak boleh mengingkari Tuhan agar memperoleh ridha dan kebahagiaan yang sejati.

Ya, hanya itulah sekilas pandang saya tentang kata bahagia. Yang jelas, sejatinya bahagia itu pastilah rupa-rupa wujud dan maknanya. Semua tergantung pada tiap-tiap personal dalam menjelajahinya. Salah satu bahagia bagi saya sendiri seperti halnya saya tengah asyik membaca atau menikmati tulisan demi tulisan, berpikir sejenak, lalu melangkah membuat tulisan, dengan bahagia. Semoga kita selalu bahagia.

Omah Jambu, 17 Juni 2020

_________________
*) Anton Wahyudi, bermukim di Dusun Jambu RT/RW: 2/2, Desa Jabon, Jombang. Mengelola Jombang Institute, sebuah Lembaga Riset Sejarah, Sosial, dan Kebudayaan di Jombang, Jawa Timur. Di samping aktif dalam kegiatan menulis, dan sebagai editor lepas, menjadi Dosen Sastra Indonesia di Kampus STKIP PGRI, Jombang. Buku terbarunya “Guruku, Ayahku, Kakakku Kwat Prayitno” (2020).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *