Latihan Menjadi Kaya

Dedy Tri Riyadi

Aku membawa keluargaku
makan malam di restoran mewah.
Niatnya, balas dendam pada kemiskinan
yang membuat keluarga kami hanya bisa
menikmati: tahu, tempe, telur,
pecel lele sebagai lauk. Paling top —
naget ayam merk So Nice.

Belum pernah si kecil menyantap
Vichyssoise atau Insalata di rinforzo.
Yang sulung masih beruntung, dulu,
sempat mencicipi spaghetti alla carbonara
sewaktu kubawa dinas luar kota
dan menginap di hotel bintang lima.

Aku memanggil pelayan, yang
kemudian membagi buku menu.

Istriku, setelah membolak-balik
halaman pada buku menu,
ia berbisik kepadaku,
“Aku tak mengerti apa yang mau
dipesan. Semuanya berbahasa
asing dan aku takut salah mengucap.”

Si bungsu merebut buku menu,
lalu dengan cepat membuka halamannya
sampai melihat foto minuman
berwarna-warni, menunjuk-nunjuknya
sambil berteriak, “Aku mau ini!

Aku mau ini!”
Yang Sulung merebut buku menu
lalu setelah beberapa saat, ia bertanya
padaku, “Ayah, apa yang dulu aku makan itu?”

Aku bingung harus meladeni yang mana.
Ingin aku berkata pada pelayan itu,
“Bawa saja semua yang istimewa
ke meja kami.” Namun, aku berpikir
pasti sangat istimewa juga
harga yang harus kubayar nanti.

Kebingungan itu membuatku
berkata pada Si Pelayan,
“Boleh minta air putih?”

Pelayan itu, seorang pemuda,
berbaju putih, bercelana hitam,
mungkin bermasa lalu kelam
seperti aku, dan bermasa depan
yang tak menentu, menyahut –

“Hanya air putih, Pak, Bu?”

2020


Dedy Tri Riyadi, lahir di Tegal 16 Oktober 1974. Bergiat di Komunitas Paguyuban Sastra Rabu Malam (PaSaR Malam) sejak tahun 2007, dan sebagai redaktur puisi di Majalah Litera. Karya-karyanya dimuat di surat kabar nasional dan daerah. Buku puisi tunggalnya; Gelembung (2009), Liburan Penyair (2014), Pengungsian Suara (2016), dan Berlatih Solmisasi (2017). Dedy dinobatkan menjadi Penyair Muda Berbakat Terbaik versi situs Basabasi.co tahun 2018.

Leave a Reply

Bahasa »