Pengganti Kang Ajip

Iman Budhi Santosa
suaramerdeka.com

SEBAGAI orang yang ikut kemringet nguri-uri kesusastraan dan kebudayaan Jawa, saya benar-benar tidak mudheng. Mengapa gagasan memberi anugerah sastra Jawa selama ini tidak mrenthul dari kalangan orang Jawa, melainkan digagas dan direalisasikan oleh seorang Ajip Rosidi, orang Sunda yang menggeluti sastra dwibahasa (Sunda dan Indonesia) melalui anugerah Rancage. Memang, semula Hadiah Rancage hanya bagi sastra Sunda, namun akhirnya toh meluas juga, menyantuni sastra Jawa dan Bali, bahkan Lampung. Continue reading “Pengganti Kang Ajip”

GERAK PERJALANAN ESTETIK CERPEN INDONESIA

Maman S. Mahayana *

Cerita pendek Indonesia dalam satu dasawarsa ini, agaknya makin mengukuhkan jati dirinya. Ia tak hanya muncul seperti gelombang yang secara kuantitatif melampaui penerbitan novel dan drama, tetapi juga seperti menempatkan dalam mainstream-nya sendiri. Maka, tidak dapat lain, pembicaraan mengenai cerpen Indonesia, mesti dilekatkan pada dirinya an sich dan bukan sebagai tempelan atau sekadar pelengkap. Kini cerpen Indonesia menunjukkan jalan hidupnya yang lebih mandiri. Kajian kritis terhadapnya dan pembicaraan cerpen dalam institusi (pendidikan) sastra, oleh karena itu, mesti berada dalam kotak tersendiri. Continue reading “GERAK PERJALANAN ESTETIK CERPEN INDONESIA”

Ironi Sastra Bugis yang Terkikis

Eduardus Karel Dewanto
http://www.korantempo.com/

Kitab La Galigo memiliki panjang sekitar 300 ribu baris. Dua kali lebih panjang dibanding Kitab Mahabharata dan Ramayana dari India.

Singapura — Layar putih panggung perlahan menggulung naik, satu-satu orang berbusana tradisional Bugis berjalan seirama kesunyian memasuki pentas. Mereka mengusung beragam perkakas sehari-hari. Disusul dua orang berbalut kain biru sepanjang enam meter merayap melintas di bibir bagian depan panggung. Selama 15 menit prolog lakon sastra epik besar I La Galigo itu penuh kesenyapan. Continue reading “Ironi Sastra Bugis yang Terkikis”

Rendra, 70 Tahun

Goenawan Mohamad
http://www.korantempo.com/

Rendra adalah sebuah pergulatan yang penting dalam sejarah pemikiran Indonesia. Hidupnya yang kini mencapai 70 tahun terbentang dalam sebuah masa yang panjang di mana percakapan, gagasan, dan kekuasaan bentur-membentur. Dan ia ada di dalam perbenturan itu, ia adalah perbenturan itu, sebagai pelaku, saksi, dan juga penderita.

Tapi baiklah saya mulai dengan mengatakan apa yang sudah umum diketahui: Rendra, sejak ia berangkat sebagai penyair, adalah sebuah suara tersendiri. Continue reading “Rendra, 70 Tahun”