Sajak-Sajak Acep Zamzam Noor

cetak.kompas.com

Lagu Kasmaran

1
Bertahun-tahun aku menyusuri jejakmu. Pergi ke segala penjuru
Mengikuti setiap arah mata angin, menembus ruang, memotong waktu:
Aku mencatat banyak tempat tapi bukan alamatmu, menghapal banyak
Hurup tapi bukan namamu, mengingat banyak wajah tapi bukan parasmu
Menyentuh banyak rambut tapi bukan rambut ikalmu, mendengar banyak
Suara tapi bukan nyanyianmu dan mencium banyak wewangian, sayangku Continue reading “Sajak-Sajak Acep Zamzam Noor”

Diksi Traumatik Acep Zamzam Noor

Beni Setia *
cetak.kompas.com

Struktur kumpulan puisi terakhir Acep Zamzam Noor, Menjadi Penyair Lagi, (Pustaka Azan, 2007), dibangun dua fondasi: “Ada yang Belum Kuucapkan” (AyBK), yang terdiri dari 53 sajak, dan “Menjadi Penyair Lagi” (MPL), yang terdiri dari 38 sajak. Bukanlah satu kebetulan bila kumpulan itu diawali dengan sajak “Setelah Mencintaimu” (dari AyBK) dan diakhiri sajak “Di Malioboro” (dari MPL) yang memang diletakkan di pengujung. Continue reading “Diksi Traumatik Acep Zamzam Noor”

Kuduk

Arie MP Tamba
Jurnal Nasional, 21 Sep 2008

Apa ukuran sebuah puisi yang berhasil? Bila Anda tanyakan ini kepada penyair Acep Zam Zam Noor, maka jawabnya sederhana. ”Sajak itu membuat bulu kuduk saya berdiri!” begitulah kata Acep, yang telah disampaikannya berkali-kali dalam berbagai forum. Hingga, Acep Zam Zam Noor kemudian, di antara teman-temannya penyair, acap kali disindir sebagai penyair ’bulu kuduk’. Continue reading “Kuduk”