Membumikan Cerita ala Saut Poltak Tambunan

Benny Arnas *
riaupos.co

Sampai sekarang, saya masih belum mampu mendefinisikan “sastra”. Dari apa yang saya gumuli selama ini, saya baru (sampai) pada tingkat pemahaman bahwa “sastra” adalah karangan yang mampu meng-upgrade kemampuan pembaca dalam memaknainya.

Artinya, saya percaya bahwa ada definisi lebih tepat yang (mungkin) sudah dicetuskan oleh orang-orang terdahulu. Bukan berarti saya tak ingin membuka-buka referensi. Tapi, Continue reading “Membumikan Cerita ala Saut Poltak Tambunan”

MENERTAWAKAN ROMANTISME DAN MENGGOSOK MASA LALU

MEMBINCANGKAN CERPEN KITA SEMUA BERJALAN MUNDUR

Benny Arnas *
harianhaluan.com

Tak ada yang kita tinggalkan kalau kita berjalan mundur….Demikian kalimat pembuka cerpen Sungging Raga yang berjudul Kita Semua Berjalan Mundur (KSBM) yang dimuat Koran Tempo (10/10/2010). Sepenggal kalimat yang—mela­lui cerpen tersebut—diakuinya dikutip dari buku puisi Afrizal Malna; Pada Bantal Berasap (Omahsore, 2010). Sebuah kalimat (kutipan) yang sangat filofosis. Continue reading “MENERTAWAKAN ROMANTISME DAN MENGGOSOK MASA LALU”

Realisme-Mitos dalam Cerpen-cerpen Benny Arnas

Hary B Kori’un *
Riau Pos, 29 Mei 2011

1
BAGI sebuah karya kreatif (dalam hal ini prosa [cerpen]), pengarang adalah “tuhan” yang bisa menentukan semuanya: mulai dari hidup-mati sang tokoh, nasib, jalan hidup, menderita-bahagia, jatuh cinta-patah hati, kaya-miskin, dan sabagainya. Pengarang punya hak mengatur semuanya, dengan karakter tokoh masing-masing, di mana setting-nya, bagaimana wajah tokoh, bagaimana prilakunya, apa yang hendak dan telah dibuatnya, termasuk sebab-akibatnya. Sebagai “tuhan” bagi karyanya, pengarang harus cerdas menciptakan tokoh-tokohnya, agar kekuatan yang dibangun dalam karya fiksinya juga terasa “hidup”. Continue reading “Realisme-Mitos dalam Cerpen-cerpen Benny Arnas”

Saya Melukis ‘Sesuatu’; Tidak Berdiri di Atas Satu Kaki

Benny Arnas *
Lampung Post, 9 Okt 2011

SAYA pikir, mengarang adalah melukis. Kata-kata adalah catnya. Kemampuan melukis diawali dari kecakapan dasar, yaitu menggambar. Saya masih ingat. Ketika masih duduk di bangku SD, kesenian adalah pelajaran yang saya tunggu-tunggu. Sebenarnya, tidak semua jenis (ke)seni(an) saya sukai. Tapi, guru kesenian kami sering memberikan pelajaran menggambar. Sering menyuruh menggambar, lebih tepatnya. Menggambar apa saja. Continue reading “Saya Melukis ‘Sesuatu’; Tidak Berdiri di Atas Satu Kaki”

Bahasa »