Membaca Sebuah Usaha Kilas Baca “Usaha Mencintai Hujan” Karya R. Giryadi

Anjrah Lelono Broto *

Adalah sebuah keberkahan tiada terkira ketika seorang Andhi Setyo Wibowo (CEO Boenga Ketjil) mengontak saya untuk menjadi pengulas buku kumpulan puisi “Usaha Mencintai Hujan” karya R. Giryadi. Keberkahan tersebut tentu saja mengarah pada sang pengarangnya. Bagi insan seni kebudayaan di Jawa Timur, nama R. Giryadi tentu saja bukanlah nama yang asing. Penyair, dramawan, penulis lakon, cerpenis, jurnalis, dan sederet atribut ciamik lainnya melekat pada diri pria kelahiran Blitar yang sekarang bermukim di Sidoarjo dan akrab dengan panggilan “Lik Gir” ini. Sungguh, adalah sebuah keberkahan karena apalah artinya apa yang saya miliki dibandingkan dengan ilmu serta pengalaman beliau yang telah malang melintang di blantika perkesenian-perkebudayaan di Jawa Timur, Indonesia. Continue reading “Membaca Sebuah Usaha Kilas Baca “Usaha Mencintai Hujan” Karya R. Giryadi”

Tiga Cerpenis Jawa Timur

Beni Setia *
horisononline.or.id

YANG dimaksudkan dengan tiga cerpenis Jawa Timur dalam tulisan ini adalah: Fahrudin Nasrulloh, yang termanifestasikan dengan kumpulan cerpen, Syekh Bajirun dan Rajah Anjing, (Pustaka Pujangga, Lamongan Februari 2011); dan Mardi Luhung dengan kumpulan cerpen, Saya Jatuh Cinta Lagi pada Istriku (komodo books, Depok Februari 2011); serta R. Giryadi dengan kumpulan cerpennya, Dongeng Negeri Lumut (Satukata, Sidoarjo Januari 2011). Dua bulan di awal 2011, tiga kumpulan cerpen dari tiga cerpenis yang mempunyai latar belakang berbeda, dan bagaimana perbedaan latar belakang itu menentukan corak ekspresi ber-“cerpen” mereka. Continue reading “Tiga Cerpenis Jawa Timur”

Malingisme

Rakhmat Giryadi
Radar Surabaya, 10 Juli 2011

Jarak kampung Suka Miskin dengan kota tidaklah jauh. Kata para tetua di kampung, hanya berjarak satu tarikan napas. Namun, sejak kota Suka Maju berkembang pesat, kampung Suka Miskin, bertambah kelihatan miskinnya dan jarak antara kampung dan kota seperti bertambah jauh. Seperti ada jurang curam yang harus ditempuh penduduk kampung Suka Miskin untuk menuju ke kota Suka Maju. Continue reading “Malingisme”

‘Puisi Saya Antitesis Puisi W Haryanto’

Indra Tjahyadi
Pewawancara: R. Giryadi
Suara Indonesia, 20 Sep 2005

Sejak berkenalan dengan W. Hariyanto, Indra Tjahja dimengakui mulai belajar menulis puisi. Energi kreatrf kepenyairannya diakui, selain lewat buku-buku bacaan tetapi lewat perkenalannya dengan penyair W.Hariyanto. Karena tertarik dengan bahasa ungkap puisi W. Hariyanto, Indra berusaha ‘mempelajari’ gaya penulisan W. Hariyanto, dengan mencoba menjadi ‘juru ketik’ puisi-puisi W.Hariyanto. “Tetapi anehnya setelah saya membuat puisi, justru menjadi antitesis dari pemikiran We,” kata Indra kepada R. Giryadi wartawan Suara Indonesia dikediamannya Jl. Potro Agung II/5 Surabaya, Sabtu (20/11). Continue reading “‘Puisi Saya Antitesis Puisi W Haryanto’”

Bapakku Telah Pergi 1

Rakhmat Giryadi
Suara Merdeka, 16 Jan 2011

Bapakku telah pergi
menemui pembakaran
ruang suci tempat selesaian
tapi ekor-ekor yang ditinggalkan
membelit tubuhku…

Puisi karya sahabatku yang aku temukan di antara sisa duka setelah kepergian Bapak, seperti belati yang menyayati kulit. Kata demi katanya seperti merajam hati, menelusup ke lorong gelap sejarah keluarga kami. Continue reading “Bapakku Telah Pergi 1”

Bahasa »