balipost.co.id
Sunlie Thomas Alexander
: komang ira
di luar jendela, masihlah anak-anak
menangkap bayang
menunggu peri peri manis
yang bertandang
dengan coklat atau boneka menawan
maka tak perlu risau mimpimu; Continue reading “ELEGI PERI”
balipost.co.id
Sunlie Thomas Alexander
: komang ira
di luar jendela, masihlah anak-anak
menangkap bayang
menunggu peri peri manis
yang bertandang
dengan coklat atau boneka menawan
maka tak perlu risau mimpimu; Continue reading “ELEGI PERI”
Sunlie Thomas Alexander
http://www.hariansumutpos.com/
Tentu, bagaimana bisa ia lupakan kenangan itu: usianya ketika itu masih begitu belia, sesegar pucuk dedaunan. Baru saja ia tamatkan SMA di kota kecilnya. Belum ada uang untukmu kuliah, kata bapaknya seperti tercenung. Ia tahu pasti, bapaknya tak sampai hati mengucapkan “tidak ada”. Toh, ia hanya tertawa, sudah bisa menerka semua ini saat ia mati-matian mengerjakan soal-soal dalam ujian kelulusannya. Continue reading “Toko Sepatu”
Sunlie Thomas Alexander *
jawapos.co.id
“SINGA sirkus juga belajar untuk bisa duduk di kursi hanya karena takut dicambuk. Tapi, kita tetap boleh menyebut singa itu terlatih, bukan terdidik,” tukas Ranchhodas Chanchad di depan rektor dan teman-teman sekelasnya dalam film 3 Idiots besutan Rajkumar Hirani (2009). Meski selalu ranking pertama setiap semester, dia dianggap sebagai biang pengacau sistem. Continue reading “Pemberontakan Tiga Idiot”
Sunlie Thomas Alexander *
Lampung Post, 23 Mei 2010
SUATU pagi di tahun 1970, sastrawan Jepang Yukio Mishima bersama sejumlah anak buahnya yang terlatih secara militer menyerbu markas Kementerian Pertahanan di Tokyo. Usai berpidato tentang Jepang yang kehilangan keagungan klasik, di hadapan perwira tinggi yang disanderanya, penulis novel Senandung Ombak dan Kuil Kencana itu pun menjalankan seppuku. Seorang pengikutnya yang disebut khaisakunin kemudian memenggal kepalanya. Continue reading “Nasionalisme Pasca-Mishima”
Sunlie Thomas Alexander **
lampungpost.com
APA artinya sebuah bangsa, juga Tanah Air? Sedalam apa pula makna darah yang mengalir dalam tubuh?
Di Provence, Agustus 1944, Said Otmari berjongkok dan meraup segenggam rumput kering. Diendusnya bau rumput itu, lalu mendekatkan ke hidung Messaoud. “Tidak seperti kampung halaman,” kata dia sambil menatap rekan seperjuangannya. Tak jelas ekspresi wajah Messaoud tatkala menjawab, “Tidak. Tanah Prancis memang lebih baik.” Continue reading “Potret Pemain Sepak Bola sebagai si Malin Kundang”