Teguh Winarsho AS
http://cerpenkompas.wordpress.com/
Berkedip-kedik kelopak mata Lasmi, menahan silau matahari pagi. Sekarang cabe merah di panggung kian terasa berat setelah berjalan hampir tiga kilo meter. Butir-butir keringat terus menetes di seputar wajah, membuat bedaknya luntur dan terlihatlah wajah aslinya yang justru tampak lebih ayu dan matang. Nun di kejauhan, di antara lalu lalang kendaraan, Lasmi melihat suasana pasar cukup ramai. Lasmi kian mempercepat langkah tak ingin kehilangan kesempatan menjual cabenya pada Kartopal, juragan cabe di pasar. Continue reading “Barbie & Monik”