Anjing

Agus Noor
jurnalnasional.com

Ia berubah jadi anjing. Itulah hari paling membahagiakan dalam hidupnya. Anak istrinya yang kelaparan segera menyembelihnya.

Teka Teki Laki-laki yang Tak Kembali

Terkantuk-kantuk perempuan itu menunggu suaminya pulang. Terdengar kunci pintu dibuka pelan. Sejak itu suaminya tak pernah muncul.

Bayi

Tengah malam, bayi yang lapar itu terus menangis menjerit-jerit. Pelan-pelan ia mulai memakan jari-jarinya, lengan dan kakinya, melahap usus dan jantungnya, hingga tak bersisa.

Jangan Membunuh Ular di Hari Minggu

Kau bermimpi, seekor ular menyelusup masuk telinga ibumu. Kau menjerit, dan cepat-cepat menghantamnya. Saat terbangun, kau mendapati ibumu mati terkapar bersimbah darah. Kepalanya pecah.

Misteri Mutilasi

Ia memotong-motong tubuhnya sendiri, dan membuangnya ke kali. Polisi masih sibuk mencari pembunuhnya, sampai kini.

Api Sinta

Sinta berdiri di tepi api penyucian yang berkobar. “Masuklah..,” ujar Rama. “Bila kau belum terjamah Rahwana, api itu akan menyelamatkanmu.”

Sinta menatap pangeran tampan itu dengan mata berkaca-kaca, sebelum akhirnya terjun dalam kobaran api. Semua yang hadir begitu lega ketika menyaksikan api itu perlahan padam: tubuh Sinta tak terbakar.

Hanya kedua payudaranya yang gosong.

Pengantin

Tak pernah ia bertemu perempuan secantik itu. Mengingatkannya pada Putri Tidur jelita. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama dan meminangnya. Tak ada yang tahu ketika ia membawa mayat itu ke kamarnya.

Kisah Seorang Psikopat

Sebelum polisi tiba ia bergegas mengemas koper yang berisi potongan tubuhnya sendiri.

TKI yang Pulang Kampung

Ia dikabarkan mati. Saat ia kembali, keluarganya sedih. Tengah malam ia pun menggantung diri.

Ambulans yang Lewat Tengah Malam

Ambulans yang membawa jenazahmu berkali-kali oleng karena sopirnya ngantuk. “Aku tak mau mati kecelakaan lagi,” katamu. “Sini, biar saya setir.” Pak Sopir pun gantian istirahat di peti mati.

Kulihat ambulans itu melintas pelan menuju rumahmu.

Mayat di Pinggir Kali

Mayat itu ditemukan telanjang di pinggir kali. Ia kemudian dilaporkan ke polisi dan dihukum lima tahun penjara karena dituduh melanggar Undang-undang Pornografi.

Requiem

Ia sedih mendapati bayangannya mati.

Ulat dalam Kepala

Bocah itu begitu iba pada adiknya yang bertahun-tahun terbaring sakit dengan kepala yang makin membengkak. “Seperti ada ribuan ulat di otakku,” keluh adiknya selalu. Suatu hari bocah itu melihat ibunya membelah apel, dan ada ulat di dalamnya.

Tengah malam, diam-diam, ia mengambil pisau. Kini ia tahu bagaimana menolong adiknya.

Sumur Tua di Belakang Rumah

Ada sumur tua di belakang rumahku. Setiap purnama air sumur itu memerah. “Dulu,” cerita Nenek, “puluhan orang dibantai, dan dibuang ke dalamnya.” Sejak itu, siapa pun dilarang mendekat.

Tapi diam-diam aku suka ke sana. Menyaksikan bangkai mayatku mengapung di dasar sumur itu.

Matinya Seorang Pelawak

Tak ada yang tersenyum menyaksikannya di panggung. Ketika ia mati, semua orang tertawa.

Sarapan Pagi Seorang Kanibal

Potongan daging busuk penuh belatung berceceran di lantai. Bau busuk meruap kamar gelap itu. Sumanto menikmati sarapan paginya dengan tenang.

Salju

Matahari begitu terik. Sebutir salju melayang jatuh di telapak tangan. Ia berteriak gembira. Sejak itu orang-orang menganggapnya gila.

Saat Paling Indah dalam Hidup Sepasang Suami Istri

Keduanya duduk di beranda, menikmati teh hangat, memandang senja yang bagai usia perkawinan mereka. “Ceritakan kisah paling lucu dalam hidupmu,” kata si istri.

“Ialah ketika aku membunuhmu,” jawab si suami.

Mereka pun tertawa.

Mudik Lebaran

Aneh sekali. Stasiun lengang dan sepi. Cuma ia sendiri. Sesekali terdengar lengking peluit. Tapi kereta api itu tak juga muncul. Padahal ia sudah menunggu sejak Lebaran bertahun lalu.

Pembohong Pertama

Saat akhirnya bertemu ular di surga, ia pun tahu siapa yang telah berdusta dahulu kala.

Berita dari Koran Pagi

Ayahmu menggampar ibumu sampai mati karena ia telah menggorok kamu yang dengan sadis membacok ayahmu hingga tewas hanya karena tak membelikanmu mainan.

Tamasya Keluarga Seorang Kerani

Liburan sekolah ini ia ingin mengajak anak-anaknya tamasya. “Meski miskin, sesekali perlu juga kita rekreasi,” katanya. Anak-anak bersorak gembira.

Menyisihkan sedikit uang gaji, digoncengnya anak-anak ke Kebun Binatang. Ia tersenyum menyaksikan mereka berlarian, main prosotan.

Mendadak ponselnya berbunyi. Dari istrinya, “Katanya mau ngajak liburan. Anak-anak nunggu di rumah nih!”

Buru-buru ia ngebut pulang. Tapi di tikungan sepeda motornya terguling dan truk yang melaju kencang langsung menyambar tubuhnya. Sedetik sebelum nyawanya melayang, mendadak ia teringat kalau istrinya sudah meninggal seminggu lalu.

Hiroko

Ia tak terbangun ketika bom atom itu meledak di sampingnya.

Reinkarnasi

Setelah mati di masa depan, aku terlahir kembali di masa silam sebagai diriku yang sekarang.

Pohon Hayat

Ketika kanak, kau mendengar kisah pohon rimbun di alun-alun kotamu. Setiap selembar daunnya luruh, seseorang akan mati. Pernah sebagian besar daunnya rontok ketika terjadi pembantaian.

Saat ini kau gemetar memandangi satu-satunya daun yang tersisa di pohon itu.

Ibu yang Menunggu

Anaknya hilang saat kerusuhan. “Mungkin diculik. Mungkin terpanggang api yang membakar pertokoan,” kata orang-orang. Sejak itu ia selalu duduk termangu di beranda, hingga larut.

Bertahun-tahun kemudian para peronda masih sering melihatnya duduk di situ, meski ia telah lama mati dan rumah itu sepi.

Halte

Selarut ini, kau tampak terkantuk-kantuk duduk di halte menunggu angkutan yang akan membawamu pulang dari kerja.

Bus datang. Kau segera masuk. Ketika bus kembali melaju, kau menengok ke jalanan sepi di belakangmu. Tampak dirimu tengah duduk terkantuk-kantuk menunggu di halte itu

Ramalan

Suatu kali seorang peramal mendatangi. “Kau akan mati ketabrak kereta api,” katanya. Padahal ia tak pernah dilahirkan.

Kasus Salah Tangkap

Kau tak pernah bisa mengerti, kenapa polisi menangkapmu. Mereka terus menginterogasi. Menggertak dan memukulmu berkali-kali. Memaksamu agar mengaku. Kau dituduh membunuh kekasihmu. Padahal kekasihmu masih hidup. Kaulah yang mati.

Lelucon Seorang Badut

Ia suka menghibur diri di depan kaca dengan gerakan-gerakan paling lucu yang tak pernah bisa membuatnya tertawa.

Tabrak Lari

Saat terburu berangkat kantor kau menabrak pejalan kaki. Tubuhnya terpelanting dan tergilas. Kau terus tancap gas.

Malam harinya, istrimu begitu sedih setelah mendapat kabar kalau kau mati tertabrak lari ketika pulang kerja sore tadi.

Kau menangis menceritakan kisah itu padaku yang tadi pagi mati karena tabrak lari.

Seusai Pemakaman

Seusai dikuburkan, ia pun kembali ke rumah. “Ayah pulang! Ayah pulang!” anak-anaknya berlarian riang. Di pintu, mata istrinya berlinang.

Di Kafe

Sembari menunggu ia bercakap-cakap dengan tamunya yang tak pernah datang. Sampai kafe tutup. Dan ia pulang. Tapi pelayan kafe masih melihatnya terus duduk di kursi itu.

Alibi

Kau merasa senang karena akhirnya kau dibebaskan dari tuduhan. Polisi tak bisa mendakwamu, karena ketika kau terbunuh dan mayatmu ditemukan malam itu, kau memang tak ada di tempat kejadian.

Perempuan yang Mati Membakar Diri

Perempuan itu ditemukan mati gosong, sambil mendekap bayi yang disusuinya. Orang-orang yang mengangkat mayatnya bersumpah, kalau air susu perempuan itu masih menetes-netes dari putingnya.

Pada Sebuah Kuburan

Orang-orang bilang kuburan itu berhantu. Bila pulang malam-malam, kau pasti merinding setiap melewatinya. Seperti ada suara yang terus melolong. Kau sedih setiap kali mendengar lolong itu. Lolong itu selalu mengingatkanmu pada kejadian bertahun lalu, ketika kau dulu mati dipotong-potong dan dibuang ke kuburan itu.

Apel

Dipetiknya apel itu. Diberikannya buat Adam dan Tuhan. Kini ia sendirian di surga. Ketika ia begitu kesepian, saat itulah ular mulai menggodanya.

Pemabuk dan Maut

Pemabuk itu sedang teler ketika malaikat maut muncul di hadapannya. “Aku tahu, kamu akan mencabut nyawaku,” kata pemabuk itu, sambil kembali, untuk ke sekian kali, menenggak tuak dari gucinya. “Bagaimana kalau kita minum-minum dulu untuk merayakan kematianku?”

Dalam mabuk, malaikat maut itu pun diajaknya mabuk.

Mati Sunyi Seorang Diktator

Diktator itu mati dipancung di tengah alun-alun. Keesokannya ia terlihat duduk-duduk di balkon istananya yang sepi menikmati secangkir kopi sembari membaca setumpuk koran pagi. Ia termangu saat menyadari tak ada satu pun koran yang memberitakan kematiannya. “Betapa sia-sia aku menjadi diktator,” keluhnya. Lalu segera menembak kepalanya sendiri.

Sebutir Debu

Tepat, ketika sebutir debu itu jatuh menyentuh tanah, semesta ini pun meledak.

Paket Kilat

Suatu hari kau mendapat paket yang berisi kematianmu sendiri. Mohon diterima dengan baik, tulis pesan yang menyertai. “Aneh sekali,” gumammu, sambil memperlihatkan paket itu pada istrimu, “Siapa sih yang iseng ngirim beginian?” Istrimu tertawa, menganggapmu bercanda, karena di alamat pengirim tertera namamu.

Jakarta-Yogyakarta, 2008-2009.

Leave a Reply

Bahasa ยป