Adeste Adipriyanti
http://www.mediaindonesia.com/
RATNA Indaswari Ibrahim adalah seorang sastrawan produktif yang telah menelurkan sepuluh buku dan sekitar 400 cerpen. Apa yang membuatnya istimewa? Karya-karyanya lahir dalam sebuah keterbatasan. Ratna kecil harus menerima kenyataan bahwa penyakit rachitis menyerang tubuhnya. Saat itu usianya baru sepuluh tahun, ia kemudian lumpuh. Tak bisa lagi menggerakkan tangan dan kakinya yang mengecil. Bahkan ia tidak bisa mengetik karya-karyanya sendiri. Hidupnya harus bersandar pada bantuan orang lain dan kursi roda. Namun semangatnya membaja dan daya juangnya tidak memberi ruang untuk menyerah.
Ratna Indaswari Ibrahim lahir sebagai anak ke-enam dari 11 bersaudara pasangan Saleh Ibrahim dan Siti Bidahsari Arifin. Ia lahir pada tanggal 24 April 1949, di Malang Jawa Timur. Walau profesi Ayah dan Ibunya tidak bersentuhan dengan dunia kesusasteraan, tapi lewat merekalah anaknya menyenangi berbagai bacaan, tulisan, dan lukisan.
Masa kecilnya dilewati seperti anak-anak kebanyakan. Ibunya adalah sosok yang tidak membiarkannya jatuh terpuruk dalam kesedihan dan kekecewaan. Buat Ratna, ibunya adalah sosok guru yang mengajarkannya untuk tidak pernah menyerah dengan kondisi kecacatannya. Ibunya tetap memperlakukan Ratna seperti anak-anak normal lainnya. Ia mengirim Ratna kuliah di FIA Universitas Brawijaya, Malang, yang tidak diselesaikannya.
Dunia tulis menulis sepertinya telah menyihir Ratna. Inspirasi tulisannya didapat dari historiografi, yang menceritakan kejadian-kejadian masa lampau, berunsur sejarah atau legenda. Ratna sendiri menyatakan bahwa dirinya adalah sastrawan lisan. Hal ini dikarenakan proses penulisannya dibantu oleh orang lain. Ratna biasanya mendiktekan cerita pada asistennya untuk diketik. Setelah itu baru ia revisi. Melalui perjuangan teknis yang seringkali melelahkan inilah, cerpen dan novelnya lahir.
Selain aktif menulis, ia juga giat bergelut di bidang sosial. Ia aktif menjadi ketua Yayasan Bhakti Nurani Malang, Disable Person Organization, dan Direktur I LSM Entropic Malang (1991). Ia pun sudah melanglang buana sebagai pembicara beragam seminar hingga ke Beijing, Sydney, dan bahkan Washington DC. Di tahun 1994, pernah mendapat predikat Wanita Berprestasi dari Pemerintah RI. Di tahun 2005 mendapat penghargaan kesetiaan dalam berkarya dari Kompas.
Ratna adalah potret pejuang masa kini. Pejuang yang tak kenal lelah dan mendobrak segala bentuk keterbatasan menjadi sebuah kekuatan. Bahkan menurut Prof. Dr. Budi Darma, Ratna Indraswari Ibrahim adalah sosok berhati lembut dan peka. Tidak ada kata ‘tidak bisa’ baginya, dan ia telah membuktikan lewat keindahan karya-karyanya.