Sajak-Sajak Isbedy Stiawan Z.S.

lampungpost.com

Pintu Sudah Kau Buka

pagi membentang
pintu sudah kau buka
selangkah lagi kumasuki
ruang, dan semakin
kau lebarkan
agar tiada tirai lagi
bagiku menjelajahi
keluasan taman
berselaksa bunga-anggur
mari kita ciumi wanginya
mari kita cecap mabuknya
sebelum pengganggu tiba
dan menghancurkan taman ini
pengembara akan datang
menjelajahi taman ini
maka kita bangun tenda
: rebah…

6.39

Setahun Kemudian, Menulis Prasasti

buka pintumu, tak perlu
lebar, aku segera menghambur
lalu sebaris tanda merangkum
di bibirku oleh segaris lidahmu
dan ruang yang samar
melantunkan debar
– mana jantungmu? –
– ini hatiku! –
kemudian sebagai pecinta
kita tanjak bukit sajak
tulislah syair syairmu
di ubun bukit
dan bagi penerbang
akan dijadikan cahaya
lupakan ikan ikan
di lautan
karena di bukit sajak
kita sudah menjelma
jadi kuda
aku betina, katamu
apa perlu marga?
tapi syair syair itu
akan ulang membaca
: sebuah peristiwa
dari adam dan hawa
yang sempat melunta
tapi sampai
di tempat ini juga
katamu, sebuah taman
berkebun apel
dipetik kelak
setahun kemudian
kita menghadiri
untuk menulis prasasti

17 Januari 2011

Bersayap Cabik

kaukah kupukupu itu
yang kulihat kemarin
–sepanjang petang —
sebentar hinggap di pohonku
kini terbang lelah
sayapsayap kuyup
mencari singgahan
di alamat samar
kaukah kupukupu itu
yang hinggap sejenak
di pohon milikku
kini menuju singgahan
di alamat lain
kaulah kupukupu itu
menuju putik paling manis
terbang bergaris-garis
bersayap cabik!

17.01.11; 10.04

Lima Kata di Keningmu

kutepis ragu bahwa segala pintu menujumu sudah tertutup, hinga aku sasar
dalam dering handphone bernada tak aktif. karena sesaat kemudian
suaramu sampai di telingaku, membelai daun, sepucuk lidah
yang pernah kurasakan mendesah
— entah pada hari ahad kapan —
bahkan, sayupsayup kau akan kunjungi kota ini lagi. ah, untukku? kunjungan
ke kota yang membesarkan aku, sebuah kota beraroma kopi
di bibir peraduan ini kita seruput kopi hangat
sambil menikmati senandung hujan di luar kaca sana. sebuah kolam
menunggumu sebagai putri duyung, yang tak lagi di pembaringan
aku mau menemuimu lagi
menulis lima kata di keningmu

16-17 Januari 2011

***
Isbedy Stiawan Z.S., kelahiran Tanjungkarang, Lampung, hingga kini menetap di kota kelahirannya itu. Menulis puisi, cerpen, dan esai yang dipublikasikan di sejumlah media massa. Buku puisi terbarunya: Taman di Bibirmu beredar April ini.

Bahasa ยป