Berkelindan dengan Kerumitan

Judul Buku : Bungkam Mata Gergaji
Penulis : Ali Syamsudin Arsi
Tebal : vii + 146 halaman
Penerbit : Framepublishing,Yogyakarta,2011
Peresensi : Ratip Apsari
http://www.balipost.co.id/

PERJALANAN gumam, entah sama atau tidak dengan perjalanan siput warna emas bergaris-garis di kulit kerasnya. Ini perjalanan waktu. Setiap kata memiliki garis edar dan rotasinya sendiri-sendiri. Tapi setiap kata sangatlah sulit bila ia bersikukuh untuk berdiri sendiri tanpa ada kata-kata dan kata serta kata-kata selain kata itu sebagai kata. Dari kata-kata diluar kata dirinya sendiri adalah bagian dari perjalanan secara menyeluruh. Walau, memiliki takdir masing-masing. Dan kata harus menyadari makna dalam dirinya.

Perjalanan gumam adalah perjalanan kata dengan segala kekerasan-kepalanya. Gumam memang keras kepala. Keras-kepala dengan segala vitalitas, motivasi, semangat dan intensitas. Berjalan pada jalur yang tetap, ditata, dijaga dan konsisten.

Ada memang godaan untuk meliuk ke arah yang lain, dan selalu saja kembali kepada jalurnya, sesekali dapat saja ia melemahkan ketegangan demi ketegangannya, ini penting agar penjagaan jalur itu selalu bergairah untuk duduk suntuk mengutak-atik seperangkat kata yang bergerak-gerak lincah, menari-nari gemulai, berkelebat melintas, bahkan ada yang sembunyi-sembunyi, tidak jarang yang memang berlari menghindar dari tangkapan. Semua itu terjadi dalam perjalanan gumam. Amarah, gusar, terkurung, lari, datang melawan sembunyi, menghunus belati, lari pagi, berendam di riak permukaan sungai, gundah, menangkap isyarat sepi, lari pagi, tersenyum penuh keramahan kepada yang memberikan salam, menjadi-jadi, menyaksikan tayangan-tayangan, berlinang air mata, sebuah negeri porak-poranda, orang-orang berkubu-kubu, orang-orang berkotak-kotak, saling serang, saling mempertahankan, sembunyi setelah mengumpat dan meludahi orang yang lewat, ambil batu, melempar, tiba-tiba langsung tidur mendengkur, makan sate, minum air putih, ada ulat di jempol kaki, lari lagi, ambil selembar kertas, tuliskan beberapa percik pikiran dan mencoba merasakan; bencana bencana, ya, negeri ini dalam bencana, tak ada yang menghiraukan, semua sibuk dengan layang-layangnya sendiri, putus putus putus, anak-anak sibuk mengejar, melompati pagar besi, ada yang tertusuk telapak kakinya, sekuat ia menjerit tak ada yang peduli, semua sibuk dengan amarahnya sendiri, semua sibuk dengan pembenarannya masing-masing, sepi lagi tiba-tiba riuhnya bukan kepalang, gendang telinga melebarkan daun pendengarannya, semua maju menderap, ternyata teman sekampung yang disantap, ternyata tetangga belakang rumah yang tersungkur di bawah kaki dan tangannya, lupa namanya tetapi ia pernah menginap di rumah beberapa waktu yang lewat persekongkolan orang-orang jenius, pura-pura bodoh ketika sidang digelar, padahal memang bodoh, membuat orang yang menyaksikan marah, dipilih sebagai yang mewakili orang banyak, ternyata kerjanya hanya jalan-jalan mencari batu di tengah hutan, katanya, ”kunyah itu kata”, bahkan katanya, ”kata-kata tak ada gunanya, yang berguna adalah perdebatan, perjalanan, persekongkolan,” semakin ke ujung perjalanan semakin tajam dan memilukan, karena keraguan karena hanya mampu menampilkan pembenaran, lamban.

Lalu ke mana membawa gelisah itu, apakah dibiarkan menumpuk di pelupuk mata sambil digenangi banjir, tanah longsor, tsunami, angin puting beliung, lahar dingin, asap mengepung, wabah, gizi buruk, busung lapar, lampu mati terus-menerus, antri bbm sepanjang malam, tidak saling menyapa, kejar-mengejar, tanah berlubang-lubang, langit rekah, sngai dangkal jadi retak, kepentingan partai adalah kepentingan pasar. Pasar pun dipenuhi oleh perantara, harga berlipat, kata-kata membusuk di laci meja.

Gumam, berupaya menerobos masuk ke celah paling dalam, walau ia tidak mengikuti aturan yang orang lain lakukan dengan aturan masing-masing. Gumam telah memiliki aturannya sendiri.

Kumpulan cerpen ini memang harus dilumat pelan-pelan untuk bisa mencari nilai yang ditawarkan penulisnya.

*) Ratip Apsari, pecinta sastra /12 Juni 2011 | BP

Bahasa ยป