Parang

Isbedy Stiawan Z.S. *
sinarharapan.co.id

SUNGGUH! Jangankan melihat parang (tajam dan mengkilat lagi), melihat pisau silet saja aku amat takut. Pernah aku menyaksikan ayahku terluka oleh silet saat mencukur kumis dan jambangnya. Mungkin karena abai atau melamun, pipi ayah terkelupas oleh silet itu. Darah pun mengaliri pipi ayah. Aku segera menutup mata, tak berani melihat warna darah. Continue reading “Parang”

Puisi-Puisi Isbedy Stiawan Z.S.

jurnalnasional.com

Tak Kusebut Bunga

tak bisa kusebut ini bunga ketika kau petik tangkainya lalu kau buang
dalam nyala api. kurasakan kini aroma sangit dari wajah kuyup oleh
air mata. juga sedu dan sendu;–masih tinggal sebutir peluru lagi
yang belum kaucabut dari tubuhku–tapi aroma bunga tak sesedap
senyap, bau asap, amis tubuh, anyep wajah-wajah yang menunduk
mengelilingi pembaringan. Continue reading “Puisi-Puisi Isbedy Stiawan Z.S.”

Dua Kawan di Tepi Pantai

Isbedy Stiawan Z.S. *
lampungpost.com

BERJALAN ke arah matahari terbenam, sore hari, kemilau langit. Setelah gang pertama dari tempat kos, aku terus menyeret kedua kakiku. Entah apa yang ada di benakku. Benar-benar kosong.

Pikiranku akhir-akhir ini memang kacau. Tak menentu. Tetapi, aku selalu membunuhnya. Sehingga pikiranku benar-benar kosong. Aku terkadang tersenyum, di waktu lain geram. Continue reading “Dua Kawan di Tepi Pantai”

Bahasa ยป