kompas-cetak
Batang Nilau
pada hari aku pergi
sebatang nilau berkilau di tepi ladang
diurapi matahari pagi baru datang
aku pun seperti baru dilahirkan
meski tak mengubah nama-nama hari, Continue reading “Sajak-Sajak Raudal Tanjung Banua”
kompas-cetak
Batang Nilau
pada hari aku pergi
sebatang nilau berkilau di tepi ladang
diurapi matahari pagi baru datang
aku pun seperti baru dilahirkan
meski tak mengubah nama-nama hari, Continue reading “Sajak-Sajak Raudal Tanjung Banua”
suarakarya-online.com
Bahasa Mercusuar yang Dikuburkan
: bagi indra tjahyadi, “si ekspedisi waktu”
Berabad-abad, waktu (bukan terumbu), terus tumbuh
Mekar, tak tersentuh tangan penyelam
di kedalaman
Bukan. Waktu, berabad-abad waktu, bahkan
bukan bangkai kapal kayu, hantu laut dan hening hiu
di kediaman dasar yang jauh Continue reading “Sajak-Sajak Raudal Tanjung Banua”
Raudal Tanjung Banua
jawapos.com
DAN akhirnya, berapa lama sebuah kota tumbuh dan runtuh? Seratus atau seribu tahun, berabad-abad atau tak tercatat?
Sesungguhnya, di dunia ini ada kota-kota yang tumbuh abadi, meski fisiknya sudah lama runtuh atau berganti, namun namanya tidak. Setidaknya itulah yang kurasakan, sejak masih seorang kanak hingga berangkat remaja, di kepalaku ada sejumlah kota yang jika namanya kulafalkan sedikit saja, maka ia akan tersepuh seperti suasa; Continue reading “Kota-Kota Hikayat”
Raudal Tanjung Banua
korantempo.com
PADA awal 1980-an, ketika kelompok tani dan kelompencapir (kelompok pendengar, pewicara, dan pemirsa) mulai menjamur, sudah seharusnya kampungku mengadakan panen raya dengan hasil yang jauh lebih baik. Maklum, sebuah bendungan di bagian hulu sungai baru saja diresmikan di tahun 1976 oleh Ir. Sutami, Menteri Pekerjaan Umum dalam kabinet Soeharto. Empat kali berturut-turut sejak peresmian, hasil panen memang melimpah. Namun, Continue reading “Cerita yang Menyertai Wabah di Kampungku”
Raudal Tanjung Banua
korantempo.com
Betapa pulau kecil ini ajaib, hampir di tiap jengkal ada situs bersejarah peninggalan sejumlah sultan.
Jika hendak mengenal orang berbangsa, Lihat kepada budi dan bahasa. Itulah cuplikan dari “Gurindam Dua Belas” karya Raja Ali Haji yang termasyhur. Gurindam 83 bait yang sarat pesan moral itu ikut mengukuhkan masa lalu Pulau Penyengat Indra Sakti sebagai salah satu pusat kerajaan dan budaya kebanggaan orang Melayu. Betapa senangnya, akhirnya saya bisa bertandang ke pulau tempat Raja Ali Haji dimakamkan, awal Februari 2008, sehari menjelang perayaan Imlek. Continue reading “Tersengat Masa Lalu di Penyengat”