Wahyudin *
Kompas, 28 Sep 2008
DATANG pertama kali ke Nusantara lewat Batavia pada 1841, fotografi menanggalkan status terhormatnya sebagai bentuk teknologi dan seni baru yang berkehendak melakukan demokratisasi seni di Eropa dan berkedudukan sebagai ”mata penguasa” yang tidak hanya berambisi merekam secara ilmiah kondisi alam dan geografi di Hindia Belanda, tapi juga bernafsu menjinakkan penduduk pribumi di koloni itu karena—untuk memakai pernyataan resmi pemerintah kolonial via Rudolf Mrazek dalam Engineers of Happy Land (2006: 145)—”dua mata sering tidak cukup untuk mengawasi mereka”. Continue reading “Mata Penguasa dan Tulisan Cahaya”