Ngai Oi Ngi
waktu yang singkat
menyusun ingatan yang panjang, mei lan
di belinyu, di belinyu
kita bertemu
ruko-ruko tutup pada jam 4 petang
dikepung bekas lubang-lubang tambang
yang ditinggalkan Continue reading “Puisi-Puisi Y. Thendra BP”
Ngai Oi Ngi
waktu yang singkat
menyusun ingatan yang panjang, mei lan
di belinyu, di belinyu
kita bertemu
ruko-ruko tutup pada jam 4 petang
dikepung bekas lubang-lubang tambang
yang ditinggalkan Continue reading “Puisi-Puisi Y. Thendra BP”
Temu Sastrawan Indonesia II: Sastra Indonesia Pascakolonial, 30 Juli-2 Agustus 2009
Y. Thendra BP
Sastra moderen Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perpanjangan dan politik kolonial Belanda dengan keberadaan Balai Pustaka-nya pasca lingua franca, bahasa Melayu menjadi bahasa administratif pemerintahan lewat pengajaran di sekolah. Keberadaan sastra moderen Indonesia sebagai sastra pascakolonial, tentu berbeda dengan sastra pascakolonial di negara-negara Dunia Ketiga lainnya. Continue reading “Mencari Identitas Sastra Indonesia”
Y. Thendra BP
http://langit-puisi.blogspot.com/
Sementara saya menampik tawaran mengunjungi Pantai Tanjung Bunga, Hutan Wisata TuaTunu, Kuburan Cina Sentosa, Katedral ST. Yosef, Kuburan Akek Bandang, Museum Timah Indonesia, Rumah Eks Residen, Perigi Pasem, Tugu Kemerdekaan, Kerhof, yang ditawarkan oleh dinas Pariwisata Bangka-Belitung lewat buklet bagi peserta Temu Sastrawan Indonesia II yang hendak melancong. Continue reading “Ke Belinyu Saja, Melihat Kota Tua Timah”
Kepada Fatris dan 30 September 2009
dari sebuah potret
yang datang pada jam 5 sore itu
begitu tiba-tiba
yang pergi pada jam 5 sore itu
begitu tergesa-gesa
aku sanggup melupakan
yang datang
tapi tak sanggup melupakan
yang pergi Continue reading “Puisi-Puisi Y. Thendra BP”
Lunto Kloof, Cinta Pertama Yang Gagal Kuselamatkan
lalu ia menunjuk stasiun tua yang mati itu, keberangkatan
dan kepulangan yang tak lagi ada, dan sadar, kami pernah lugu
berciuman di sudut sekolah itu. laila, lesung pipitmu yang bertahan, senja
mengembalikan ingatan kita pada cinta yang remaja, pada bagaimana
gugupnya aku menyentuh jemarimu pertama kali, di bangku taman gluck auf
yang kini tak ada. seperti orang rantai di kota ini, akhirnya semua pergi
menyisakan masa lampau yang hanya bisa dijangkau lewat memori. tetapi Continue reading “Puisi-Puisi Y. Thendra BP”