Ya, Gembira Saja Sebentar

Moh. Husen *

Entah sampai kapan, uring-uringan bab virus Corona ini akan berakhir. Ada yang ngomelnya terang-terangan. Ada yang sindir-sindir laksana petir. Suara-suara itu terus saja berkeliaran:

“Sampai kapan situasi pandemi Covid-19 ini?”

“Sikap pemerintah bagaimana?”

“Korban PHK nggak main-main ini?”

“Rakyat kecil cap apa itu, beraninya membodoh-bodohkan sesama rakyat kecil?”

“Kalau berani mengkritik pemerintah itu yang jelas, jangan hanya berani bilang orang kecil kok takut Corona?”

“Kalau pemerintah ingkar janji, jangan samakan dengan semua, rakyat kecil juga sering ingkar janji, terutama pas waktunya bayar kredit dan sekolah anak-anak…”

“Jangan cuma rakyat kecil yang disuruh Bismillah warung tutup, nanti ada rejeki lain…”

“Ayok kita Bismillah semua…”

“Ayok kita Bismillah minta petunjuk kepada Allah, semoga selalu ada jalan lain dan terhindar dari kebuntuan dalam situasi apapun…”

“Jangan libatkan Tuhan dong! Because, belum tentu ada yang percaya Tuhan…”

“Stop! Stop! Daripada mengeluh, ayok kita ambil langkah konkret, terserah kalian, asal saling menyelamatkan…”

“Mari kita bergembira saja…”

“Lho, bergembira bagaimana? Corona ini bung! Corona!”

“Besok kan sudah puasa Ramadhan. Barangsiapa yang bergembira akan hadirnya Ramadhan, api neraka akan diharamkan menyentuh dirinya…”

“Lho, hidup susah kayak gini, kok bergembira?”

“Ya, bergembira saja, meskipun cuma sebentar, hehehe…”

Dialog-dialog ini saya karang sendiri. Arah dialognya dibikin oleh penulisnya sendiri. Dan saya akhiri dengan pertanyaan yang tak perlu dijawab:

“Apakah Anda terpengaruh oleh setiap tulisan, ataukah Anda kritis, tidak menelan mentah-mentah setiap tulisan? Apakah Anda berdaulat dengan akal sehat sendiri, atau bagaimana?”

Selamat memasuki malam pertama Ramadhan 1441 H.

Banyuwangi, 23 April 2020

___________
*) Penulis buku Tuhan Maha Pemaaf dan Maha Tidak Tega. Tinggal di Rogojampi-Banyuwangi.

Leave a Reply

Bahasa »